DARI Sumbar ke Karawang Sutan Palindih (55), ingin memperbaiki nasib dengan buka usaha RM Padang. Tapi gara-gara terlena oleh goyang Karawang wanita setempat, Sutan Palindih jadi lupa anak istri. Duit di tempat usaha dicolong, sehingga istri jadi kesal. Pembunuh bayaran diminta mengeksekusinya.
Nggak Jawa, nggak Sunda, nggak Minang; asal ketemu perempuan cantik lelaki suka lupa sama keluarga. Harta dipertaruhkan demi mengejar si “denok deblong”. Dia baru sadar setelah kenyan dan kemudian kena batunya. Jika tak sadar-sadar karena belum ketemu batu sandungan, istri bisa kehilangan kesabaran. Jika sekedar minta cerai masih lumayan. Banyak juga yang tega mengeksekusi suami dengan berbagai cara, padahal bagaimana pun juga dia adalah ayah daripada anak-anaknya.
Sutan Palindih pengusaha RM Padang di Karawang, salah satu lelaki yang sehari-hari menyiksa batin istrinya. Seperti sudah lupa umur, usia hampir kepala enam masih suka daun muda. Ini daun muda istimewa bukan daun muda dari singkong, yang biasa dijadikan lalapan para pengunjung RM Padang miliknya.
Dari Sumbar ke Karawang, tujuan awalnya untuk berusaha. Berkat doa ibu dan ninik mamak, usaha Sutan Palindih sukses. RM Padang miliknya banyak dikunjungi pelanggan. Mereka terpesona oleh motto pengsusaha RM Padang; bila enak beritahu teman-teman, jika tak enak beritahu kami.
Tapi yang dialami Sutan Palindih terbalik, dia diberi tahu teman-teman bahwa gadis Karawang enak-enak, terkenal akan “goyang karawang”-nya. Rupanya Sutan Palindih terbius oleh propaganda kawan-kawannya. Iseng-iseng dia mencoba memacari perempuan Karawang. Sesuai dengan umurnya, yang dicari tentu saja yang berusia 40 tahun ke atas. Pokoknya yang masih STNK-lah; setengah tuwa ning kepenak!
Sutan Palindih rupanya keasyikan nindih perempuan Karawang dengan segala goyangannya. Keuntungan usahanya tersedot untuk main perempuan. Begitu istrinya, Ny. Halida, 49, tahu kelakuan suami, langsung usahanya diambil alih. Kendali bisnisnya kini di tangan nyonya, sedangkan Sutan Palindih tak dipercaya pegang uang. Kalau butuh saja dia diberi uang catuan, sehari Rp 50.000,-
Meski kena hukuman seperti itu oleh istrinya, Sutan Palindih tak kapok juga. Nikmatnya “goyang karawang” menjadikan dia berbuat nekad, terus saja main perempuan dengan cara mencuri uang hasil jualan. Sekali waktu suami istri itu ribut, sampai kemudian ngomong, “Sudah tua main perempuan, nyolong uang lagi. Mending uda mati saja.” Kata Ny. Halida seakan menyumpahi.
Tapi meski sudah dikutuk istri, Sutan Palindih tak juga jera. Terus saja berusaha main perempuan dengan segala keterbatasannya. Saking jengkelnya Halida, dia menyewa pembunuh bayaran sebanyak 7 orang untuk mengeksekusi suami. Biaya yang disepakati Rp 30 juta tanpa potongan PPN 10 persen. “Nih Rp 10 juta dulu, sisanya setelah eksekusi berhasil,” kata Ny. Halida.
Selama berbulan-bulan para eksekutor membuntuti Sutan Palindih selalu gagal. Baru minggu lalu berhasil. Kesannya seperti kecelakaan lalulintas. Tapi berkat kejelian polisi, akhirnya terkuak bahwa kematian pengusaha RM Padang non aktif ini hasil rekayasa. Polisi terus memburu pelakunya, dan ketemulah 7 orang eksekutor itu. Mereka kompak mengaku bahwa aktor intelektualnya Ny. Halida sendiri. Tanpa perlawan dia ditangkap. Hukumannya kalau bukan hukuman mati yang penjara 20 tahun.
Begitulah nasib sumando lapiek buruk. (GTS)