INI lagu lama, suami mengincar adik ipar sebagaimana Marwoto, 36, warga Surabaya. Cuma dia terlalu nekad, istri merem sedikit Marwoto sudah ngilang. Di kiranya kencing ke toilet, ternyata sedang kencing enak bersama adik ipar. Keruan saja Ny. Ningrum, 32, minta cerai dan suami kabur bersama doi.
Tak semua lelaki ganas pada adik iparnya. Tetapi demi menjaga kemungkinan terburuk dalam rumah tangga, seyogyanya adik kandung wanita jangan tinggal serumah. Sudah terlalu banyak contoh kasus asusila macam demikian, sehingga orang Jawa pun punya kata majemuk untuk ipe, menjadi: iki ya penak! Padahal realitasnya, enaknya nggak seberapa tapi malunya pada keluarga dan tetangga.
Marwoto adalah salah satu lelaki di Surabaya yang layak dicurigai. Sebab sejak adik iparnya, Ningsih, 23, tinggal di bersamanya, dia lagak lagunya jadi mencurigakan. Mirip banget sama kucing melihat gorengan gereh (ikan asin). Maklum, adik ipar ini di samping lebih muda dan seger, ceweknya memang lebih cantik dari Ningrum kakaknya, yang jadi istri Marwoto.
Hati nurani sebetulnya sudah mengingatkan, jangan begitulah! Begituan sama adik ipar tidak baik, di samping dosa dalam kacamata agama, juga akan menjadi kan citra keluarga menjadi rusak karenanya. Orang Jawa bilang, jangan tempe kok digupaki, adhi ipe kok ditumpaki. Tapi setan membantah teori hati nurani. Katanya, “Jangan percaya kata-kata itu Bleh, adik ipar justru nikmat kaya akan karbohidrat!”
Demikianlah, di kala istri ke warung atau ke pasar, Marwoto suka mengadakan lobi-lobi politik pada Ningsih. Awalnya gadis mahasiswi PTS itu menolak. Tapi karena dirayu terus akhirnya bertekuk lutut dan berbuka paha juga. Lalu kata setan setelah Marwoto menzinai adik ipar, “Apa kataku, enak kan? Dibilangi kok ngeyel.....”
Sejak itu asal Ningrum tak di rumah dan Ningsih tak di kampus, keduanya sering memuaskan syahwat. Bahkan malam hari pun, asal Ningrum lengah (tidur), Marwoto menyelinap ke kamar adik ipar, dan Ningsih diajak mesum sampai menggelepar. Sejurus kemudiaan dia sudah kembali ke kamar dan pura-pura pules sambil ngorok.
Tapi beberapa malam lalu kena batunya. Tengah malam sekitar pukul 01:00 dinihari, Ningrum terjaga karena suami tak di sampingnya. Paling-paling kencing ke toilet. Tapi kok lama tidak kembali. Lalu Ningrum pun mencarinya. Ternyata di kamar Ningsih mendengar ranjang berderak-derak pelan. Begitu diintip, ya ampuuuuun, suaminya tengah berbuat mesum dengan adik iparnya.
“Berhenti, setan semua kalian!” maki Ningrum sambil menendang pintu yang dikunci dari dalam. Begitu pintu dibuka, suami diomeli habis-habisan sementara Ningsih ampun-ampun minta maaf. Tapi esok paginya langsung menggugat cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. Ironisnya, sebelum diputus majelis hakim, Marwoto dan Ningsih sudah kabur duluan entah ke mana. “Minggatlah kalian, saya nggak menyesal, “ kata Ningrum.
Pilih minggat karena mengejar nikmat. (GTS)