Ada tiga cakar menyerupai cakar besar dan tajam di jari kaki.
Kaki kasuari yang kokoh digunakan untuk berlari kencang dengan kecepatan hingga 50 kilometer per jam melalui hutan lebat untuk menghindari pemangsa.
Kaki kekar Kasuari juga merupakan senjata yang sangat ampuh untuk menendang para pengganggu.
Kakinya yang besar sering digunakan untuk melompati celah selebar 1,5 meter atau digunakan sebagai alat dayung paling andal saat berenang menyusuri sungai atau laut.
Ada semacam tanduk di kepala untuk melindunginya dari rintangan kayu pohon saat berlari di rerimbunan pohon.
Hampir semua suku di Papua, baik di pegunungan maupun di pesisir pantai, memiliki nama kasuari sendiri-sendiri.
Begitu juga dengan masyarakat Tobati, masyarakat adat Kota Jayapura dan Suku Asei di Kabupaten Jayapura.
Orang Tobati menyebutnya kasuari Hewar, sedangkan orang Asei menyebutnya Augangge.
Bulu burung kasuari yang lebat dan didominasi warna hitam kerap dijadikan pelengkap aksesoris tradisional kedua suku tersebut.
Panitia Besar Peparnas punya cara unik untuk mengangkat burung kasuari sebagai maskot.
Sepasang kasuari jantan, Hara dan kasuari betina, Wara, dijadikan sebagai maskot.
Nama ini diambil dari gabungan julukan burung kasuari pada suku Tobati dan Asei.