JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Covid-19 memiliki dampak yang luas terhadap kesehatan tubuh. Termasuk masalah pada kulit, yang dapat disebabkan olehnya.
Kabarnya Covid-19 bisa berdampak buruk pada kulit penderita diderita pasien covid-19.
Banyak pasien yang melaporkan adanya gejala-gejala terkait masalah kulit, mulai dari munculnya ruam, biduran, hingga rambut rontok.
Para ahli sudah mulai melakukan penelitian, tentang kaitan antara virus covid-19 dengan masalah kulit, bagaimana mekanismenya, kaitannya dengan hormonal, atau kemunculan masalah kulit tersebut merupakan sebuah bentuk sistem imun tubuh.
Sebuah studi dari The Journal of Laboratory and Clinical Medicine menemukan jawaban yang dibutuhkan. Dari studi tersebut, diduga masalah kulit adalah respons komplementer, yang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, respons komplementer tersebut lebih banyak terjadi pada lansia. Inilah yang melatarbelakangi kasus covid-19 lebih parah dampaknya terhadap orang-orang berusia lanjut.
Masalah Kulit yang Disebebkan Infeksi Virus Corona
Dilansir dari hellosehat, berikut adalah masalah kulit yang disebabkan infeksi virus corona, yang menyebar melalui pembuluh darah dan menciptakan kerusakan.
1.COVID Toe
COVID toe adalah kondisi dimana jari kaki atau tangan membengkak. Hampir mirip dengan chilblain, yaitu peradangan pada pembuluh darah kecil akibat paparan udara dingin.
Pembengkakan ini ditandai dengan perubahan warna pada kulit, seperti kemerahan atau keunguan. Ini membuat jari kaki dan tangan terlihat seperti memar.
2.Bintik-bintik atau bercak merah yang rata di kulit
Bintik-bintik tersebut biasanya berwarna merah dan berukuran kecil, serta tersebar merata pada kulit. Selain itu, bentuknya cenderung rata dengan kulit, tidak berupa bentol atau benjolan.
Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan erupsi makulopapular. Menurut studi dari British Journal of Dermatology, erupsi makulopapular ini dilaporkan terjadi pada sekitar 47% dari 375 pasien COVID-19.
3.Urtikaria (biduran)
Urtikaria atau biduran adalah reaksi peradangan di bawah kulit yang menimbulkan bercak merah menonjol dan disertai rasa gatal.
Bercak merah ini memiliki ukuran yang bervariasi dan tersebar di salah satu area kulit tubuh. Bengkak pada kulit akan menghilang dalam waktu beberapa menit hingga jam, namun bisa saja muncul kembali di area kulit lainnya.
Kemunculan urtikaria biasanya berkaitan dengan gejala COVID-19 yang lebih berat.
4.Ruam kulit
Kemunculan ruam diduga berkaitan dengan sindrom peradangan multisistem pada anak, atau yang dikenal dengan MIS-C.
Sindrom ini memicu peradangan pada jantung dan pembuluh darah sehingga darah bisa menggumpal dan menimbulkan gejala-gejala syok.
Komplikasi COVID-19 pada anak ini tergolong sangat langka. MIS-C biasanya muncul pada anak-anak 3 bulan setelah mereka sembuh dari COVID-19.
Selain ruam akibat MIS-C, beberapa pasien juga dilaporkan mengalami munculnya ruam atau memar menyerupai motif jaring ikan (Livedo).
Livedo diduga muncul akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah sebagai respons tubuh terhadap infeksi virus.
5. Lentingan atau bentol berisi cairan
Lenting yang juga disebut dengan erupsi vesikular ini biasanya ditemukan di area kulit tangan. Kemunculannya lebih banyak terjadi pada fase awal penyakit.
Kondisi ini lebih umum ditemukan pada pasien COVID-19 berusia dewasa menuju lansia. Lenting biasanya akan bertahan sekitar 10 hari, dan kemunculannya dikaitkan dengan gejala COVID-19 yang sudah parah.
6. Rambut rontok
Rambut rontok terkadang merupakan reaksi dari seseorang yang mengidap penyakit parah. Reaksi ini terjadi ketika tubuh berupaya menghadapi stres dari dalam.
Namun, selama kadar zat besi pasien COVID-19 di dalam tubuh tetap normal, pertumbuhan rambut akan kembali seperti sediakala.
Selain itu, COVID-19 bergejala parah ternyata banyak ditemukan pada pasien pria dengan masalah kebotakan. Sebuah studi dari American Academy of Dermatology menunjukkan bahwa sebanyak 79% pasien COVID-19 yang dilarikan ke rumah sakit adalah pria dengan masalah kebotakan.
Peningkatan hormon dihydrotestosterone pada pria dengan masalah kebotakan diduga turut meningkatkan kadar reseptor ACE2 dalam tubuh. Semakin besar kadar reseptor tersebut, virus akan lebih mudah masuk.
Apabila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala masalah kulit, Anda bisa mencoba berkonsultasi dengan dokter untuk tahu penyebabnya.
Namun, jika masalah kulit disertai dengan gejala-gejala COVID-19 lainnya, lebih baik Anda melakukan test SWAB agar hal tersebut dapat diketahui secara mendalam. (Ibriza Fasti Ifhami)