Jangan karena yang bilang kamu cocok itu lebih berkuasa, memiliki pangkat, jabatan dan kedudukan, tidak berarti kamu pasti akan terpilih. Kamu mesti lihat situasi dulu, bagaimana reaksi teman – teman kamu apakah mendukung kamu menjadi ketua.
Kamu survei dulu, banyak yang mendukung atau tidak. Banyak yang suka kamu atau tidak. Dan, yang disurvei jangan teman – teman baik kamu,teman dekat saja.
Kalau cuma lingkungan sekitar kamu, pasti banyak yang suka dan akan mendukung, tetapi apakah yang lain, teman jauh, beda kelas dan angkatan juga akan mendukung? Belum tentu. Semuanya masih samar, hasil survei belum menjadi jaminan, meski bisa dijadikan indikator.
Ada pitutur luhur dari nenek moyang kita untuk senantiasa ojo kemajon -terlalu maju atau melebihi batas dalam menyikapi suatu keadaan. Harus hati – hati, sabar dan telaten. Jangan sampai terpukau keadaan yang kelihatannya sangat menjanjikan, tetapi pada akhirnya hampa kenyataan.
Apalagi dalam sebuah kontestasi atau persaingan untuk kepentingan tertentu, menjadi pemimpin misalnya, banyak liku dan misteri. Semakin tinggi dan terhormat kedudukan yang hendak diraih, seperti presiden, tentu akan semakin penuh liku dan misteri.
Yang utama mempersiapkan diri baik- baik, ukur kemampuan diri. Jangan terlena karena dukungan, jangan terpukau karena bisikan, jangan pula terbuai karena sanjungan.
Sebaiknya “cek ombak” untuk mengukur kekuatan, mana yang masih lemah, mana yang perlu diperkuat. Akan lebih baik, cek fakta lapangan, jangan sebatas laporan Asal Bapak Senang. ( jokles)