ADVERTISEMENT

Disebut Silent Killer Penyakit Jantung Bisa Serang Siapa Saja, Kapan dan Dimana Saja! Ini Tips Pencegahannya

Selasa, 2 November 2021 14:57 WIB

Share
Ilustrasi
Ilustrasi

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SERING disebut sebagai silent killer, penyakit jantung bisa menyerang siapa saja, kapan saja dan dimana saja . Bahkan kita juga tidak tahu apa  rasa gejalanya, hingga akhirnya berakibat fatal.

Padahal sebagai organ penting,  kesehatan jantung  harus dijaga, agar tidak mengalami serangan jantung dan stroke.

Hal ini kerap dilupakan oleh orang-orang yang sibuk bekerja, khususnya yang kecanduan kerja dengan jam kerja di atas normal. Jangankan untuk olahraga menjaga kesehatan jantung, bahkan untuk bertemu keluarga kualitasnya juga menurun.

Sebuah penelitian dari Universitas College London mengungkapkan, memiliki jam kerja yang berlebihan dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, yaitu dua penyakit tak menular yang paling mematikan di dunia.

Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 600.000 pekerja dan mengumpulkan data tentang hubungan antara jam kerja dan risiko serangan jantung.

Hal yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah perilaku gaya hidup, seperti merokok, konsumsi alkohol, ritme aktivitas fisik, dan catatan medis, di antaranya faktor risiko jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Hasil penelitian menyebutkan,  yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu memiliki risiko 13 persen lebih besar terkena serangan jantung dan 33 persen lebih mungkin menderita stroke dibandingkan mereka yang bekerja normal, yakni 35-40 jam per minggu.

Alasan jam kerja berlebihan dapat meningkatkan risiko serangan jantung, juga  stroke karena dipicu faktor hormonal, terutama kadar hormon stres yang tinggi, yakni kortisol dan epinefrin. Selain itu, ada faktor lain yang melibatkan gaya hidup tak sehat.

"Mereka yang bekerja berjam-jam cenderung memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti sedikit berolahraga, pola makan yang lebih buruk, konsumsi alkohol dan tembakau yang lebih tinggi," tulis John Ross, asisten profesor kedokteran di Harvard Medical School dikutip dari Harvard Health Publishing Harvard Medical School.

Sementara menurut Dr. Alan Yeung, direktur medis di Stanford Cardiovascular Health, ada dua jenis tekanan emosional yang dapat berdampak pada jantung.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT