Cinta ditolak memang bikin kecewa. Tapi apa karena itu harus tega membinasakannya? Bagi duda kasmaran seperti Rajiman, 55, itu perlu. Maka ketika bu guru Srini, 33, menolak cintanya, dia kecewa dan marah. Tanpa memikirkan resikonya nanti, Bu Guru langsung dianiaya sampai wasalam di tempat.
Kata orang, cinta itu bikin orang menjadi pemaaf. Soalnya apapun kelakuan orang yang kita cintai dimaklumi saja. Dia tak mau orang yang kita cintai jadi kecewa. Ini mirip-mirip dengan si kakek yang sangat mencintai cucu-cucunya. Apa pun kelakuan si cucu, bagi kakek nenek tetap lucu saja. Meskipun kelucuan si cucu belum seperti Srimulat.
Tapi Rajiman dari Secang Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Jateng) keluar dari dalil tersebut. Sifat pemaaf dan penyabar itu meluntur karena pertimbangan untung rugi. “Aku keluar segini harus dapat segitu, sukur-sukur bisa begituan,” demikian prinsip Rajiman yang sudah teracuni mental pedagang. Baik itu pedagang kelas PKL atau Pedagang online.
Rajiman memang sudah lumayan lama menduda, tapi tak kunjung nikah lagi karena belum ketemu dengan cewek idamannya. Menyadari statusnya yang sudah jadi duda dan anggur kolesom lagi, awalnya dia berburu kalangan janda saja, usia sekitar 40 tahunan. Jelek sedikit nggak papa, yang penting STNK (Setengah Tua Ning Kepenak).
Meski sudah banting harga, masih belum ketemu jodoh juga, padahal ibaratnya sepeda motor Rajiman sudah kepengin segera “ngetap olie”. Teman-teman pun sempat menasihati, jangan grusa-grusu cari istri, harus sabar. Lihat tuh Rocky Gerung, sampai usia kepala 6 masih membujang, tak pernah gelisah. Sebab dia terhibur oleh kesibukannya mendungu-dungukan orang.
“Ya kuatlah dia, karena belum pernah merasakan lezatnya tembakau ibaratnya perokok,” tangkis Rajiman. Kata dia, bagi perokok yang tiba-tiba tak ketemu tembakau, bakal ketagihan. Puntung rokok pun dibedah, dikumpulkan dan dibungkus kertas garet. Merokok lagi dengan nikmatnya meski itu sekedar daur ulang.
Ketika kemudian kenal dengan Srini guru SMP yang tinggal di Kedungkamal Kecamatan Grabag, Rajiman membayangkan bakal segera menikmati lezatnya tembakau Wonosobo atau Jember. Mulailah dia mendekati Bu Srini dengan ilmu hitam, maksudnya si rambut yang mulai memutih disemir biar tampak lebih muda. Soalnya usianya terpaut jauh, sampai 22 tahun.
Belum-belum Rajiman sudah merasa nemu cepaka sawakul (rejeki nomplok). Yang janda-janda belagu menampik dirinya, sekarang dia bakalan memperoleh istri gadis cantik, meski sudah lumayan tua. Padahal, dia sama sekali belum pernah mendeklarasikan cintanya pada Srini di alun-alun Purworejo sambil kulineran di depan mesjid Kauman.
Bagaimana Rajiman nggak GR alias gede rasa. Diajak makan bersama, nyate atau makan tongseng di Pandekluwih belakang kabupaten, Srini tak pernah menolak. Dibelikan baju juga dipakai. Maka ketika sudah merasa karpet merah digelar Srini untuk dirinya, Rajiman memberanikan diri bikin testimoni, “I love you, oh my darling!”
Sungguh di luar dugaan, Srini menolak untuk dijadikan istri Rajiman. Sebab meski usia dirinya juga bukan lagi muda, disuruh menikah dengan duda menjelang kakek-kakek, ya ogahlah. Masa bulan madunya paling tinggal 5 tahun. Usia 60 tahunan nanti, mulailah Rajiman sakit-sakitan, cekrah-cekreh (batuk melulu) setiap malam, kerokan dan bau remason. “Carilah wanita lain saja Mas, masih banyak yang lebih baik ketimbang aku,” kata Srini merendah.
Kedungkamal kidul Secang, sudah keluar modal kok ditendang! Tersinggunglah Rajiman sang duda kasmaran. Rasa pemaafnya seorang kekasih mendadak sirna. Langsung saja guru SMP itu dianiaya pakai tangan dan senjata tajam hingga wasalam. Ibu Srini yang mencoba mencegah kekejaman Rajiman juga menderita luka-luka. Usia membunuh gadis yang dicintainya Rajiman kabur dan kini dalam pengejaran polisi.