ADVERTISEMENT

Ketika Beringin Tumbang  

Minggu, 24 Oktober 2021 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SABTU sore, 23 Oktober 2021, ketika sedang merenungkan tentang wilayah Kelurahan Cipadu Jaya, Larangan, Tangerang Kota yang sedang terancam banjir air dan sampah, saya mendapat berita dan cerita lewat telepon genggam dari Mas Dimas Azisoko (43) putera bungsu almarhum H Harmoko, Ketua Umum DPP Golkar 1993 - 1998). Cerita Mas Dimas tentang tumbangnya pohon beringin di Kediri.

Mas Dimas, Jumat malam, 22 Oktober, baru tiba di Jakarta, setelah mengadakan perjalanan ke situs-situs sejarah di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur selama empat hari. Ia mengadakan perjalanan bersama rekannya, Mas Nanda, dari Yogyakarta.

Dari perjalanan ini yang menarik adalah ketika Mas Dimas dan Mas Nanda di Sendang Tirta Kamandanu, Desa Pamenang, Kediri, Jawa Timur. Tempat ini banyak dikaitkan dengan kerajaan Kediri di masa kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Jayabaya (1135 - 1160). Jayabaya oleh sejarahwan dari Belanda, Bernard HM Viekke, dikisahkan sebagai raja yang memerintahkan penulisan Baratayudha, bagian dari Mahabarata, versi budaya Jawa.

 

 

Ilustrasi. (ucha)

Dikisahkan pula, Jayabaya terkenal karena banyak disebut oleh para pujangga atau raja-raja Jawa di abad ke 18 sebagai peramal atas jatuhnya Jawa di tangan orang-orang Eropa dan negara asing lainnya. Jayabaya yang meramalkan Jawa akan bubrah (rusak, bubar, porakporanda).

Rabu  menjelang tengah malam, 20 Oktober 2021, Mas Dimas dan Mas Nanda, tiba di Sendang Tirta Kamandanu yang diyakini banyak orang Jawa sebagai bagian dari situs peninggalan Jayabaya.

Malam, 20 Oktober itu angin bertiup kencang menerpa pohon-pohon beringin yang ada di Sendang Tirta Kamandanu. Tidak ada hujan. Penjaga atau jurukunci tempat “keramat” itu, Pak Tugino mengatakan di sore harinya tiga orang misterius tidak dikenal memberi info padanya, bahwa Mas Dimas akan datang ke tempat ini.

“Jurukunci itu mengatakan, bulan lalu, September 2021, tepatnya hari Rabu Wage, salah satu pohon beringin di situs itu tumbang, walau tidak ada angin kencang dan hujan. Peristiwa serupa terjadi tahun 1966 sebelum Suharto jadi presiden dan tahun 1998 sebelum presiden RI kedua itu lengser. Ini yang ketiga, September 2021..... Tidak tahu akan terjadi apa lagi,” ujar Mas Dimas. Kita tunggu apa yang kan terjadi ya Mas Dimas. Apakah terkait dengan cerita ontran-ontran sebulan lalu di Tepi Pluit? (Ciamik)

ADVERTISEMENT

Editor: Guruh Nara Persada
Contributor: -
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT