BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Menjadi abdi negara di pemerintahan daerah sejatinya bukan impiannya sejak kecil. Dulu sejak duduk di bangku SD hingga SMA, pria kelahiran Sukatani, Kabupaten Bekasi 1982 ini konsisten dengan cita citanya, menjadi seorang perwira TNI dan dokter. Niat itu dimantapkannya dengan melakukan kegiatan fisik, rutin berolahraga. Tak heran selepas SMA pada 2001, pria asli Bekasi ini memiliki postur tubuh ideal.
Berbekal kondisi fisik dan wawasan yang prima, Dede Mauludin percaya diri mendaftar di Akademi Militer (Akmil) dan Kedokteran.
“Alhamdulillah setiap tes yang saya ikuti berjalan lancar saat itu. Bahkan di Akmil saya sempat berangkat ke Magelang, Jawa Tengah untuk mengikuti tes terakhir Penilaian Panitia Penentu Akhir (Pantukhir),” katanya saat ditemui Poskota.co.id, Senin (18/10/2021).
Namun rupanya nasib baik belum berada di pihak bapak satu anak ini kala itu.
“Berangkat ke Magelang sebanyak 92 orang kendati kuota lulus hanya 63 orang. Alhamdulillah saya gagal di Pantukhir,” tutur Dede yang kini menjabat sebagai Kepala Kecamatan (Camat) Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
Kegagalan Dede muda menjadi calon perwira TNI ternyata cara Tuhan menentukan nasib terbaik bagi dirinya.
“Semua kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang sudah menggariskan saya harus gagal menjadi calon tentara untuk menjadi saat sekarang ini,” ucap Dede yang sudah 10 bulan menjabat sebagai Camat Tarumajaya.
Dede menambahkan, peran almarhum ibu, Hj.Jani Jubaedah lah yang menjadikan dirinya seperti sekarang.
”Keramat dunia memang ada di doa ibu, saya saksinya. Berkat doa dan nasihat sang ibu saya mendaftar di STPDN (Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri ) dan lancar hingga lulus 2005. Ini semua berkat doa ibu,” kata Dede yang terlihat sedih mengingat sang ibu.
Heterogen dan Kompleks
Keluarga Camat Dede merupakan keluarga besar di bawah pimpinan ayah yang berlatar pendidikan.
“Kami keluarga besar sepuluh bersaudara, saya sendiri anak ke sembilan. Ayah saya soerang pendidik dengan menjadi kepala sekolah,” ucapnya.
Sebagai putra daerah yang asli lahir di Bekasi, Dede mengaku tidak mengalami kendala selama memimpin wilayah yang memiliki delapan desa ini mengingat dirinya yang memang lahir di wilayah Kabupaten Bekasi.
“Secara sosial dan budaya Kecamatan Tarumajaya mirip dengan tempat kelahiran saya di Kecamatan Sukatani, jadi saya memang bisa mengenal watak dan karaketer masyarakat di sini sehingga bisa mudah berinteraksi dan bersosialisasi,” katanya lagi.
Kendati saat ini masyarakat di Kecamatan Tarumajaya cenderung heterogen dengan permasalahan yang kompleks, Camat Dede kerap kali menggunakan konsep pendekatan demi menyelesaikan dan mencari tahu apa yang menjadi persoalan di tengah masyarakat.
“Masyarakat itu sejatinya ingin dirangkul, didengar aspirasinya dan kita berikan solusi persoalan yang terjadi,” ungkap Camat yang kerap menjadi Imam Salat Jumat di wilayahnya itu.
Turun ke lapangan berinteraksi dengan warga menjadi agenda rutin Camat Dede.
“Seminggu bisa dua atau tiga kali bertemu warga termasuk setiap Jumat keliling masjid dan menjadi imam salat Jumat,” katanya sambil senyum. (yahya)