Tak Puas Punya Istri Jelek Setiap Minggu 'Jajan' WTS. (Kartunis/Nah Ini Dia/Poskota.co.id)

Nah Ini Dia

Tak Puas Punya Istri Jelek Setiap Minggu 'Jajan' WTS

Sabtu 16 Okt 2021, 07:48 WIB

PILIH mana, bini jelek tapi kaya, atau bini cakep tapi miskin? Handoko, 40, yang memilih opsi pertama, menyesal pada akhirnya. Sebagai balas dendam, dia setiap minggu ke daerah pelacuran Trawas (Mojokerto). Nasib Handoko selanjutnya makin terpuruk, sehingga didepak (cerai) oleh Heny sang istri.

Soal jodoh lelaki memang banyak pilihan, mau istri yang cantik tapi miskin, atau yang jelek tapi kaya, atau yang cantik sekaligus kaya? Opsi ketiga banyak yang mau, tapi  susah mencarinya. Atau juga ada banyak, tapi sononya tak mau sama kita. Sebab “putri cinderela” tak maulah punya suami modal 'anu' doang. Akhirnya, karena pusing terlalu banyak pilihan, seorang lelaki bisa kawin sak kecekele (asal dapat).

Handoko  warga Surabaya, adalah termasuk lelaki yang bingung mencari jodoh. Karenanya hingga usia 35 tahun dia punya 'anu' cuman buat selingan ke toilet doang! Sudah terlalu sering lamaran cintanya ditolak para gadis, untung saja tak harus melampirkan SKCK dan fotokopi ijazah dan akte kelahiran.

Dalam keputus asaannya bernasib macam Sarjokesuma wayang kulit, Handoko mau juga menikah dengan Heny, 35, atas rekomendasi temannya.  Perempuan itu tidak cantik, bahkan cenderung gembrot. Tapi soal aset gembrot juga dia, karena memang anak orang kaya. “Nggak cantik nggak papalah, nanti kamu pas “perlu” tutup saja mukanya pakai poster artis,” saran sang sahabat sekaligus makcomblangnya.

Dan memang betul, punya bini Heny bagaikan makan pakai pincuk daun jati, baru selera jika dalam kondisi lapar banget. Tapi untuk diajak jalan sarimbit (berdua), sama sekali tidak ideal, sebab jadi seperti angka sepuluh; Handoko satu dan Heny nolnya.
Karenanya jarang sekali Handoko bepergian bersama istri. Alasannya logis juga, selama pandemi Covid-19 dilarang banyak bepergian.

Sebagai suami anak orang kaya, gaji Handoko tak pernah ditanyakan oleh istri, hitung-hitung buat uang jajan suami saja. Namun ternyata, karena tak puas punya bini jelek, tiap minggu di akhir pekan Handoko punya tradisi baru, “jajan” di komplek pelacuran Trawas daerah Mojokerto. Di sini dia bisa pilih “artis” yang mirip Raisha atau Amanda Manopo, atau Wulan Guritno. Bersama mereka, ibarat makan Handoko suka nambah sampai glegeken (sendawa).

Alasannya klasik, tugas luar kota. Tapi lama-lama Heny curiga juga, sebab semenjak suami sering tugas “luar kota” kendaraaan di rumah tak pernah dipanasi, dibiarkan berdebu tanpa kena sentuhan kemoceng. Sampai kemudian Heny menemukan chatingan mesum di HP Handoko dengan pengirim berganti-ganti. Intinya semua mengajak kencan sebagaimana biasa.

Diam-diam Heny membuntuti Handoko ketika pamitan hendak keluar kota lagi. Dan ternyata benar, mobil suami belom ke tempat hiburan malam Trawas, di mana para pemandu wanitanya bisa dieksekusi bila mana perlu. Dan ketika Handoko booking di kamar, langsung digedor-gedor. Handoko pun kabur lewat jendela meninggalkan istrinya yang mendadak jadi Satpol PP tanpa gaji.

Agar tak ada alasan tugas luar kota, Handoko diminta keluar saja dari perusahaan dan dimodali untuk buka usaha. Tapi di masa Corona begini mau usaha apa? Maka uang Rp 15 juta dari istrinya tak kunjung jadi untuk buka usaha nasi goreng seperti mantan KPK , karena uangnya justru kembali untuk “jajan” di Trawas.

Makanya ketika Handoko minta tambahan modal usaha karena terjadi pembengkakan anggaran macam KA Cepat Jakarta – Bandung, Heny hanya bilang, “Enak saja, nanti uang Rp 15 juta tambahan itu kamu habiskan untuk jajan lagi, kan?” Handoko blangkemen tak bisa menjawab. Ujung-ujungnya esok paginya di ajak ke Pengadilan Agama Surabaya untuk gugat cerai.

Bener kata teman-teman, Handoko harus banyak koleksi poster artis. (GTS)

Tags:
handoko suami istri tajiristri tajir tapi kurang good lookingsuami selingkuh dengan pelacursuami jajan pelacurhandoko suami yang suka jajan pelacurhandoko suami dari surabaya suka jajan pelacur

Administrator

Reporter

Administrator

Editor