Nggak Usah Nyinyir, Ayo Pada Akur!

Senin 11 Okt 2021, 06:40 WIB
Nggak Usah Nyinyir, Ayo Pada Akur! (Kartunis/Sental-Sentil/Poskota.co.id)

Nggak Usah Nyinyir, Ayo Pada Akur! (Kartunis/Sental-Sentil/Poskota.co.id)

DALAM orang berpantun punya arti, merayu, memuji atau menyindir bagi lawan bicaranya. Misalnya pemuda merayu gadis pujaannya. “Walau ada sepikul manggis di keranjang, aku pilih satu untuk adik yang menangis. Walaupun banyak gadis yang cantik dan menantang, tapi aku lebih suka pilih kau yang manis.

“Di sini kentang, di sana kentang. Kentang sepikul dibawa menari. Kalau ente berani nantang, ane nggak bakalan lari!

Nah, pantun rayu merayu, sindir menyindir dilakukan orang pada zamannya, katakan bagi masyarakat di Betawi, ketika acara serah terima calon pengantin. Acara yang disebut ‘palang pintu’ itu, calon mempelai lelaki benar-benar diuji nyalinya untuk bisa  memetik gadis pujaannya sebagai istrinya kelak.

Pantun juga bisa kita saksikan dalam cerita lenong di panggung. Hampir semua dialog dipenuhi dengan pantun. Pokoknya kayak film India, senang sedih, berantem juga pakai nyanyi. Lenong juga begitu, merayu, berkelahi juga pakai pantun.

Ternyata belakangan banyak sindir menyindir antara mereka orang-orang yang ada di atas sana. Tapi sayang sindir menyindirnya kadang kasar dan kebablasan. Padahal yang disindir bukan orang sembarangan, mereka itu pejabat, punya pangkat.

Sindir menyindir pun terjadi di kalangan artis. Diantara mereka pada saling sindir. Yang paling hot itu tuh,  yang ditujukan pada artis dangdut yang baru nikah. Eh, perutnya sudah buncit? 

Dan bolehlah ucapkan pantun; 'Mendung peteng kapan udane. Wis meteng, kapan kawine?’

Nggak usah marah kalau yang begini kan hanya lelucon atau gurauan. Jadi kalau mau lawan aja dengan jawaban: “Jalan-jalan ke Pasar Cibinong. Jangan lupa beli kemiri dan buah naga. Nggak usah banyak ngomong, kalau ngiri bilang aja!” Cakeeep!

Ya, andaikan saja semua bisa menyampaikan pantun yang indah dan saling memuji memuja, maka dunia indah. Kalau begitu ayo berpantun, lupakan pertikaian, lupakan persaingan, mari saling gandeng tangan.

Mondar-mandir ke Jakarta Timur. Ngapain masih pada nyinyir, ayo pada akur! - massoes

News Update