JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar, bereaksi saat Gubernur DKI, Anies Baswedan dituding akan ubah Jakarta jadi Suriah.
Tudingan kepada Anies itu dilakukan beberapa kali, salah satunya saat Anies menang Pilgub DKI beberapa tahun lalu.
"Fitnah lagi ke Anies. Dulu ada yg fitnah, kalau Anies menang Pilgub DKI, Jakarta jadi Suriah," kata Musni Umar, dikutip dari akun Twitter @musniumar
Menurut Musni Umar, fakta di lapangan pada akhirnya DKI Jakarta dianggap sebagai penyelamat demokrasi di Indonesia.
"Faktanya, DKI penyelamat demokrasi di Indonesia. Maju kotanya bahagia warganya," ucapnya.
Tudingan ini sempat dilontarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah PKB Hasbiyallah Ilyas pada 9 April 2017 lalu.
Hasbiyallah Ilyas mengatakan, Jakarta dapat menjadi seperti Suriah jika dipimpin oleh Islam garis keras yang menganggap dirinya paling benar.
Menurut Hasbiyallah Ilyas, Jakarta adalah miniatur dan barometer Indonesia yang menjaga pluralisme.
Tak hanya dituding akan ubah Jakarta jadi Suriah, Anies juga belakangan ini sempat jadi sorotan usai dicap oleh Giring PSI sebagai pembohong.
Plt Ketua Umum DPP PSI Giring Ganesha secara tegas minta masyarakat untuk tak pilih Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di pilpres 2024.
Pasalnya, Giring menyebut jika Anies Baswedan adalah seorang pembohong, yang hanya pura-pura peduli kepada rakyatnya di masa pandemi.
Maka, Giring pun berharap agar Indonesia jangan sampai jatuh ke tangan Anies Baswedan di masa mendatang.
"Pura-pura peduli adalah kebohongan Gubernur Anies di tengah pandemi dan penderitaan rakyat," kata Giring dalam keterangan resminya, Senin (20/9/2021)
Giring pun meminta masyarakat untuk mengingat semua kebohongan Anies selama ini, agar Indonesia tidak jatuh ke tangan sosok yang kini menjabat sebagai Gubenur DKI.
"Rekam jejak pembohong ini harus kita ingat, sebagai bahan pertimbangan saat pemilihan presiden 2024. Jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan pembohong, jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan Anies Baswedan," ujar Giring.
Untuk menguji hal tersebut, Giring mengajak publik melihat Anies membelanjakan uang rakyat di masa pandemi.
Dia mengabaikan tekanan rakyat yang meminta dia membatalkan rencana balap mobil Formula E dan menggunakan Rp 1 triliun uang rakyat untuk acara tidak berguna itu,” ucap Giring.
Uang muka acara Formula E dibayar Anies pada saat pemerintah secara resmi mengumumkan negara dalam keadaan darurat karena pandemi.
“Uang sebanyak itu dihabiskan Anies di tengah penderitaan rakyat yang sakit, meninggal dunia, dan hidupnya susah karena pandemi. Uang Rp 1 triliun dia keluarkan padahal rakyat telantar tidak bisa masuk rumah sakit yang penuh. Rakyat kesulitan makan karena kehilangan pekerjaan, “ ujar Giring.
Giring juga menyindir Gubernur Anies soal keterbukaan dan transparansi di era pandemi Covid-19.
Pempimpin diartikan oleh Giring seharusnya sebagai panglima yang bertanggungjawab dan menyampaikan setiap kondisi yang ada ke publik secara transparan.
Dalam krisis, seorang pemimpin sejati harus berupaya sekeras mungkin menyelamatkan kepentingan yang lebih besar,” kata Giring.
“Gubernur Anies Baswedan bukanlah contoh orang yang bisa mengatasi krisis,” sambungnya.
Lebih lanjut, Giring mengatakan bahwa indikator utama dalam menilai kegagalan Gubernur Anies adalah melihat bagaimana caranya membelanjakan uang rakyat selama pandemi Covid-19.
Menurutnya APBD Jakarta dinilai Giring justru dibelanjakan untuk kepentingan ego pribadi untuk maju sebagai calon presiden 2024. (cr09)