Di Inggris, pembunuhan ini sekali lagi menimbulkan kemarahan publik tentang kekerasan terhadap perempuan.
Nessa (28), meninggalkan rumahnya di Kidbrooke, London selatan, pada malam 17 September untuk berjalan kaki lima menit melalui taman lokal ke sebuah bar tempat dia akan bertemu dengan seorang teman.
Dia tidak pernah tiba di tempat tujuan dan ternyata tubuhnya ditemukan di taman hampir 24 jam kemudian, ditutupi dengan daun.
Polisi sebelumnya telah merilis rekaman CCTV seorang pria yang terlihat di sepanjang rute Nessa pada malam dia dibunuh, meminta siapa pun yang mengenalinya untuk segera menghubungi mereka.
Polisi mengatakan pria itu diyakini membawa benda merah reflektif yang mungkin dia sembunyikan di balik lengan bajunya.
Nessa adalah seorang guru di Sekolah Dasar Rushey Green di Catford, London tenggara.
Setelah itu, publik seperti tergerak, pertemuan diadakan di daerah setempat dan di seluruh Inggris untuk mengingat Nessa dan untuk menyoroti kekerasan terhadap perempuan.
Pada hari Jumat, ratusan orang, termasuk saudara perempuannya, berkumpul untuk menyalakan lilin yang diselenggarakan di Pegler Square, London.
Jebina Yasmin Islam, saudara perempuan Nessa, menangis saat dia berbicara kepada orang banyak.
“Kata-kata tidak dapat menggambarkan bagaimana perasaan kita, ini terasa seperti kita terjebak dalam mimpi buruk dan tidak bisa keluar darinya – dunia kita hancur, kita kehilangan kata-kata,” katanya. “Tidak ada keluarga yang harus melalui apa yang kita alami.”
Kematian Nessa telah memicu kekhawatiran bahwa perempuan tidak aman di jalanan Ibu Kota Inggris.
Pembunuhannya terjadi enam bulan setelah ada kemarahan publik yang besar dan tuntutan untuk bertindak setelah wanita lain, Sarah Everard, diculik, diperkosa dan dibunuh di London selatan pada bulan Maret oleh seorang petugas polisi.