Namun demikian dirinya tidak menyangkal telah menggunakan senjata miliknya untuk memukul korban.
"Ia saya saat itu sedang mengantar ibu pakai motor, dan saya mendengar suara teriakan dari dalam. Terus saya kedalam ibu sudah di pegang tangannya, saya minta dilepaskan tapi tidak dilepaskan," jelas dia.
Menurut dia saat kejadian tersebut terjadi setidaknya terdapat lima orang di dalam ruangan yang sontak menyerang dirinya.
"Terus saya lihat ada besi disekitar makanya saya refleks mengeluarkan senjata itu dan memukul kepala untuk bela diri. Setelah itu mereka baru diam dan bilang salah paham," jelasnya.
Pabuadi mengaku setelah kejadian tersebut berlangsung kedua pihak langsung duduk bareng dan membuat surat pernyataan untuk tidak memperpanjang permasalahan ini.
"Kita sudah sepakat untuk tidak memperpanjang. Tapi mereka malah lapor, ya udah kita juga buat laporan," jelasnya.
Pabuadi menambahkan dirinya mengakui membawa air soft gun yang di klaim dibuat di Polda Metro Jaya dengan ijin pembelian.
Namun ironisnya dirinya mengaku tidak mengikuti latihan menembak.
"Punya saya. Engga (rutin nembak), Iya kepemilikan. Di Polda (ijin) dan senjata sudah saya serahkan ke Polres saat laporan, karena permintaan dari Polres sementara disita," jelasnya.
Saat kejadian tersebut dirinya mengklaim senjata itu dalam kondisi hampa atau tanpa peluru.
"Enggak ada kosong, Iya saya bawa dari Polda (asal air soft gun). Ngurusnya sama Polda
Dirinya juga mengklaim jika senjata tersebut dibeli dirinya dari salah satu orang di PMJ.
"Iya. Saya lupa (harga), satu tahun," jelas dia.