Kediaman SS yang menjadi lokasi bunuh diri di Rusun Bidara Cina, Jatinegara. Ardhi

Opini

Fenomena Bunuh Diri, Ada Apa?

Jumat 24 Sep 2021, 06:00 WIB

OLEH SUMIYATI, WARTAWAN POSKOTA

KASUS bunuh diri di masyarakat di musim pandemi Covid-19 terbilang meningkat mulai dari pengangguran, remaja, mahasiswa hingga kaum pekerja. Latar belakang pun bermacam-macam mulai dari masalah asmara, pekerjaan hingga masalah ekonomi.

Terbaru, fenomena bunuh diri menimpa pria berinisial SM di Depok, Jawa Barat, nekat gantung diri di pohon cempedak karena digugat cerai istri.

Tak hanya itu kasus bunuh diri juga menimpa seorang remaja di kawasan Rusun Bidara Cina, Lantai 4, Jatinegara, Jakarta Timur. 
Mirisnya aksi ini disiarkan langsung melalui aplikasi TikTok.

Sempat mencuat dugaan bahwa korban diduga dibunuh karena ada orang yang merekam peristiwa ini. 

Namun petugas Polres Jakarta Timur tidak menemukan alat bukti yang kuat perihal remaja tersebut sengaja dibunuh.

Seorang pemuda juga ditemukan tewas di Perumahan Banjar Wijaya, Cluster Italy, Kelurahan Poris Plawad Indah, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.

Ia ditemukan dengan kondisi kening tertembus peluru pakai senjata milik ayahnya.  Bagaimana bisa?

Seorang mahasiswa nekat mengakhiri hidupnya padahal secara ekonomi keluarganya terbilang mapan.

Kasus sama juga menimpa mahasiswa program pasca sarjana ITB yang nekat gantung diri di dalam kosnya.

Kenapa kasus bunuh diri meningkat akhir-akhir ini? Di mana peran keluarga, pemuka agama, pihak kampus, psikiater, psikolog, dan masyarakat menghadapi masalah tersebut.

Telebih kasus bunuh diri tidak hanya menimpa masyarakat ekonomi lemah, tapi masyarakat kelas menangah atas juga tak lepas dari fenomena bunuh diri tersebut.

Berdasarkan data WHO pada 2017, bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi nomor dua di dunia pada kalangan remaja dan dewasa usia 15-29 tahun.

Total, tercatat lebih dari 800 ribu kematian pertahun atau satu kematian setiap 40 detik.

Di Indonesia, kejadian bunuh diri mencapai 5.000 kematian pada 2010 dan meningkat dua kali lipat pada musim pandemi ini.

Agar terhindar dari bunuh diri, sebaiknya setiap orang yang terkena masalah berat dan kadung depresi harus secepatnya mencari pertolongan memperbaiki kesehatan mental dengan menghubungi para ahli seperti dokter atau psikiater.

Selain itu, untuk mencegah kasus serupa sebaiknya dalam keluarga sendiri ditanamkan nilainilai keagamaan yang kuat dan nilai-nilai sosial yang baik sehingga kasus bunuh diri ini bisa dicegah. (*)

Tags:
kasus bunuh diri di indonesiakasus bunuh diri menurut whorilis kasus bunuh diri menurut who 2017mahasiswa itb bunuh diri di kos-kosanremaja di klaster italy banjar wijaya bunuh diri

Administrator

Reporter

Administrator

Editor