JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Terinspirasi dari buah favorit yang kerap dikonsumsi anak bungsunya, Shelly berhasil mengembangkan buah salak menjadi olahan kuliner yang unik dan menarik.
Shelly, selaku owner SALAKU menceritakan pada mulanya tercetus ide untuk membuat makanan olahan yang terbuat dari buah salak karena buah tropis itu merupakan buah yang kerap dikonsumsi oleh anak bungsunya.
"Saya kepikiran saat itu salak, karena anak saya yang bungsu itu kan suka buah salak. Pas masih kecil, dia kalau makan salak mesti dibukain kan, karena kulitnya itu tajam, nah itulah saya terbersit kayaknya saya kasih idenya nih cara enak makan salak, jadi enggak harus ngupas, dibentuknya (makanan) olahan salak," jelasnya saat dihubungi Poskota.co.id , Kamis (9/9/2021).
Walhasil, pada 2016, Shelly memulai usaha kuliner olahan buah salak seperti brownies salak, asinan salak, dan sari buah salak. Kala itu, banyak produksi tergantung dari permintaan teman dekat saja yang biasanya muncul menjelang Ramadan maupun Lebaran.
Namun, kini kata Shelly, olahan buah salaknya kian beragam meliputi: kue kering salak, sambal ebi salak, pie salak, kerupuk salak, bubuk kopi salak bahkan teh salak.
Pada 2018, menjadi momentum usaha SALAKU yang dirintis Shelly mulai dikenal masyarakat. Terlebih lagi, setelah Shelly mengikuti beberapa pameran yang digelar Kementerian terkait serta ajang kompetisi creativepreneur (pebisnis kreatif).

Shelly, pemilik usaha olahan kuliner buah salak bernama SALAKU. (foto: ist)
SALAKU tercatat meraih juara 4 dalam ajang The Big Start Indonesia Season 3 yang digelar Blibli.com tahun 2018 lalu. Dengan begitu, Shelly berhasil menyingkirkan ribuan pebisnis kreatif yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
"Kalau yang Big Start itu ikut tahun 2018, itu ajang kompetisi pertama yang saya menangkan, itu kan saya juara kuliner ya, saya masuk empat besar," ungkapnya.
Di tengah pandemi, Shelly pun mengakui bila usaha olahan salaknya mengalami penurunan omzet sekira 70-80 persen. Biasanya sebelum adanya pandemi, Shelly bisa meraup Rp10 juta-Rp15 juta per bulan.
"Sebelum pandemi, Rp10 juta-Rp15 juta bisa dapat, kalau sekarang jujur ya agak susah," jelasnya.
Tak putus asa, Shelly mencoba bangkit dengan membuka outlet di depan minimarket dekat rumahnya.