Tragedi Suami Tewas di Tangan Istri, Sahabat: Korban Sering Ngeluh Susah Cari Kerja

Minggu 05 Sep 2021, 17:32 WIB
Mujani, rekan dekat korban sejak kecil. (foto: luthfi)

Mujani, rekan dekat korban sejak kecil. (foto: luthfi)

"Ga ada sama sekali. Semuanya baik-baik saja," pungkasnya. 

Tidak hanya pekerja keras, korban juga di sekolahnya dikenal rajin belajar dan ibadah lima waktu serta mengaji. Kalau waktu sholat tiba, ia pasti langsung mencari masjid. 

"Dan kalau malam hari, ia tak ketinggalan mengaji bersama di ustadz kampung," ucapnya. 

Hubungan keduanya terus berlanjut sampai korban menikah dengan istri pertamanya sekitar tahun 1886. Namun hubungannya tidak sampai berlanjut karena korban menceraikan istrinya. 

"Waktu itu sudah punya dua anak, tapi meninggal semua. Katanya mah itu yang menyebabkan mereka bercerai," tuturnya. 

Setelah bercerai, sekitar tahun 1991 korban kemudian mempersunting Holiyah yang jarak rumahnya sekitar 2 Km dari kampungnya.

Sejak menikah dengan Holiyah inilah kemudian hubungan keduanya tak lagi sedekat dulu, jarang berkomunikasi karena terhalang oleh jarak. 

"Paling ketemu pas papasan di jalan saja, ngobrol-ngobrol sebentar kemudian berpisah. Terlebih memang waktu itu saya juga sudah mulai berjualan asongan di terminal, jadi waktunya habis untuk berjualan," ucapnya. 

Menyepuh Emas

Dalam beberapa pertemuan yang sempat terjadi secara kebetulan, korban bercerita tentang pekerjaannya yang sedang dilakoni yakni menyepuh (memberikan warna) emas di pasar Rau. 

Proses penyepuhan itu dilakukan secara manual tanpa alat pelindung diri, padahal bahan baku utama yang digunakan alkohol dan air keras. 

"Korban bercerita dalam sehari ia diberikan upah Rp15.000 atau jika dikonversi ke harga rupiah sekarang sekitar Rp150.000, cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya," ucapnya.

Berita Terkait
News Update