Mujani, rekan dekat korban sejak kecil. (foto: luthfi)

Kriminal

Tragedi Suami Tewas di Tangan Istri, Sahabat: Korban Sering Ngeluh Susah Cari Kerja

Minggu 05 Sep 2021, 17:32 WIB

SERANG, POSKOTA.CO.ID - Mengawali cerita tentang sahabat masa kecilnya, Mujani tak kuat menahan genangan air matanya yang perlahan mulai menganak sungai.

Pasalnya, ia sama sekali tak menyangka jika sahabat karibnya itu harus pergi dengan cara yang tidak diinginkan. Tidak wajar. 

Meski sedikit berat untuk bercerita mengenang sahabatnya itu, namun perlahan Mujani menurutkan secara runut kedekatannya dengan korban sejak kecil dulu. 

"Korban itu orang baik dan pekerja keras. Sewaktu kecil sampai remaja, setiap hari dia bersama saya dan orang tua saya mengembala kerbau," katanya, Minggu (5/9/2021). 

Orang tua Mujani mempunyai dua kerbau kala itu. Satu dirawat oleh dirinya, sedangkan yang satu lagi oleh korban. 

Sejak pagi hari setiap harinya mereka berdua bersama bapaknya Mujani pergi ke sawah. Kadang hanya mengembala, atau untuk membajak sawah warga. 

"Nggak ada honor yang diberikan oleh orang tua saya kepada korban, karena korban sudah dianggap sebagai anak sendiri yang segala kebutuhan baik pangan, sandang dan papanya dipenuhi oleh bapak. Termasuk kalau mau lebaran, bapak sering memberikan baju baru kepada korban kala itu," ujarnya. 

Orang Tua Bercerai

Menurut Mujani, kondisi keluarga korban memang dalam keadaan susah. Kedua orang tua korban kala itu sudah bercerai sejak korban masih kecil, sehingga ia harus bekerja untuk bisa mengurangi beban ibunya seorang diri. 

Korban merupakan anak kedua dari dua bersaudara, sedangkan kakanya perempuan. Ketika bapak dan ibunya menikah, masing-masing sudah mempunyai anak. Ibu membawa dua anak, sedangkan dari bapak membawa tujuh anak.

Di mata Mujani, korban merupakan orang baik. Bahkan sepanjang kebersamaannya sejak kecil sampai menikah, hampir tidak ada pertengkaran yang terjadi antarkeduanya.

"Ga ada sama sekali. Semuanya baik-baik saja," pungkasnya. 

Tidak hanya pekerja keras, korban juga di sekolahnya dikenal rajin belajar dan ibadah lima waktu serta mengaji. Kalau waktu sholat tiba, ia pasti langsung mencari masjid. 

"Dan kalau malam hari, ia tak ketinggalan mengaji bersama di ustadz kampung," ucapnya. 

Hubungan keduanya terus berlanjut sampai korban menikah dengan istri pertamanya sekitar tahun 1886. Namun hubungannya tidak sampai berlanjut karena korban menceraikan istrinya. 

"Waktu itu sudah punya dua anak, tapi meninggal semua. Katanya mah itu yang menyebabkan mereka bercerai," tuturnya. 

Setelah bercerai, sekitar tahun 1991 korban kemudian mempersunting Holiyah yang jarak rumahnya sekitar 2 Km dari kampungnya.

Sejak menikah dengan Holiyah inilah kemudian hubungan keduanya tak lagi sedekat dulu, jarang berkomunikasi karena terhalang oleh jarak. 

"Paling ketemu pas papasan di jalan saja, ngobrol-ngobrol sebentar kemudian berpisah. Terlebih memang waktu itu saya juga sudah mulai berjualan asongan di terminal, jadi waktunya habis untuk berjualan," ucapnya. 

Menyepuh Emas

Dalam beberapa pertemuan yang sempat terjadi secara kebetulan, korban bercerita tentang pekerjaannya yang sedang dilakoni yakni menyepuh (memberikan warna) emas di pasar Rau. 

Proses penyepuhan itu dilakukan secara manual tanpa alat pelindung diri, padahal bahan baku utama yang digunakan alkohol dan air keras. 

"Korban bercerita dalam sehari ia diberikan upah Rp15.000 atau jika dikonversi ke harga rupiah sekarang sekitar Rp150.000, cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya," ucapnya.

Susah Cari Kerja

Namun selang tiga tahun kemudian, ketika kembali bertemu di persimpangan jalan, yang diceritakan korban berbeda. Korban sudah tidak bekerja di Rau lagi, karena penglihatan matanya sudah mulai rabun, mungkin itu dampak dari zat alkohol dan air keras. 

"Korban selalu bercerita tentang susahnya mencari pekerjaan, termasuk ketika ngojek juga sering terjadi kecelakaan karena penglihatannya yang kurang baik. Sejak itu, setiap bertemu korban selalu menceritakan hal yang sama," jelasnya. 

Mujani juga kaget ketika mengetahui bahwasanya korban sudah mempunyai rumah dan kembali menetap di kampung Masigit. 

Hal itu ia ketahui ketika sholat magrib berjamaah di masjid, ia bertemu dengan korban dan mengatakan kalau dirinya sudah menetap di sini bersama anak dan istrinya. 

Namun ia tak menceritakan perihal dari mana uang yang didapatnya untuk membeli lahan dan membangun rumahnya itu. Tapi yang jelas, yang sering diceritakan korban susahnya mencari pekerjaan. Selalu itu. 

"Waktu itu saya perhatikan memang kondisinya sudah mulai berbeda. Jalan juga sering kesandung, namun tidak sampai terjatuh. Mungkin karena faktor penglihatannya yang kurang," tebaknya. 

Ribut dengan Istri

Kemudian lama tak mendengar kabar, beberapa waktu lalu ia mendengar kabar duka itu dari ibunya yang tinggal tidak jauh dari rumah Mujani. Karena mungkin dirinya yang dianggap dekat dengan korban, ibunya mengabarkan ke dirinya kalau korban sedang ribut dengan istrinya. 

"Akhirnya saya datang ke rumahnya, dan ternyata dikunci semua pintunya. Saya gedor-gedor tetap tidak bisa dibuka.Posisi waktu itu warga sudah ramai berkumpul di depan rumahnya," ungkapnya. 

Setelah sekitar 15 menit menunggu, pintu itu akhirnya dibuka oleh Kholiyah. Beberapa kali Mujani menanyakan di mana korban, Kholiyah mengaku tidak tahu. Sampai ketiga kalinya ditanya, dia jawab tidak tahu. 

"Akhirnya tanpa berpikir panjang saya bersama ibunya masuk ke dalam, menggeledah semua ruangan serta kamar mandi. Sedangkan warga saya suruh tetap di luar," jelasnya. 

Korban akhirnya ditemukan oleh ibunya di dalam kamar dengan posisi telentang, mata dan mulut terbuka. Menemukan kenyataan itu, ibunya yang sudah lanjut usia syok dan hampir jatuh. 

"Saya papah ibunya sampai duduk di kursi, dan saya memberanikan masuk ke dalam kamar untuk memastikan kondisi korban. Dan ternyata memang sudah meninggal, tidak ada napas," ucapnya. 

Luka Bekas Cekikan

Di leher korban, Mujani mendapati luka goresan yang diduga bekas cekikan tangan. Hal itulah yang kemudian mendorongnya untuk melaporkan kejadian ini ke lurah setempat, yang kemudian datang pihak kepolisian. 

"Karena saya berpikir korban ini meninggal tidak wajar, ditambah lagi pada saat itu cuma ada berdua di dalam rumah dengan posisi semua pintu terkunci. Dan ketika saya tanya istrinya ia mengaku tidak mengetahui perihal kematian suaminya itu," pungkasnya. 

Oleh karena itu, Mujani berharap semua persoalan yang melatarbelakangi kematian sahabat karibnya ini terbuka dengan jelas. Karena dirinya juga tidak mengetahui perihal kejadian apa yang sebelumnya terjadi antara suami istri ini yang mengakibatkan korban meninggal dunia. 

"Yang saya tahu ya cuma korban dalam kondisi meninggal saja, sementara latar belakangnya saya nggak tahu. Makanya mudah-mudahan dalam proses yang sedang dilakukan oleh kepolisian ini bisa lebih jelas duduk perkara sebenarnya," tutupnya. (kontributor banten/luthfillah)


 

Tags:
Tragedi Suami Tewas di Tangan IstriKorban Sering Ngeluh Susah Cari KerjaSuami Tewas di Tangan Istri

Administrator

Reporter

Administrator

Editor