Kemampuan bangsa dalam membangun budaya literasi, budaya membaca, budaya untuk menguasai ilmu-ilmu dasar, masih sangat kurang. Selain hal tersebut, berbagai ancaman ideologi kegelapan yang tidak sesuai dengan Pancasila melalui berbagai bentuk intoleransi, radikalisme, bahkan berbagai aksi teror yang anti kemanusiaan masih sering terjadi. Pendidikan sering menjadi lahan subur bagi hadirnya intoleransi.
Berbagai tantangan di atas dapat di atasi selama seluruh anak bangsa kembali menggelorakan seluruh nilai yang terkandung dalam Pancasila. Bukankah kekerasan yang tidak pernah usai sebagaimana terjadi di Afghanistan terjadi karena mereka tidak memiliki elemen pemersatu seperti Pancasila?
Bukankah konflik yang mengorbankan nyawa rakyat dan penuh tangisan air mata akibat adanya salah satu pihak yang saling memaksakan dengan menggunakan dalil-dalil agama hanya untuk kepentingan kekuasaan politik semata? Lalu mengapa masih saja ada pihak-pihak yang tidak belajar dari konflik tersebut, dan tidak mengambil saripati bahwa kondisi bangsa Indonesia saat ini pantas disukuri karena Indonesia memiliki Pancasila dan sesanti Bhineka Tunggal Ika. Bukankah dengan adanya Pancasila tersebut sebagai bukti betapa hebatnya Indonesia sebagai bangsa?
Kuncinya adalah memastikan agar penyelenggaraan seluruh kekuasaan pemerintahan negara secepatnya berorientasi pada upaya mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah pekerjaan rumah terbesar kita.
Penataan kembali sistem politik dan sistem ekonomi yang sesuai ideologi Pancasila dan bagaimana seluruh perintah konstitusi dijalankan dengan sebaik-baiknya adalah jauh lebih penting, agar rakyat benar-benar merasakan bagaimana negara hadir. Berbagai agenda strategis kebangsaan inilah yang harus dipikirkan bersama, dan menjadi agenda bagi siapapun calon presiden, calon wakil presiden, dan seluruh calon anggota legislatif, dan calon anggota dewan perwakilan daerah yang akan berkontestasi pada tahun 2024 yang akan datang.
Sudah saatnya bangsa Indonesia kembali meletakkan jalan bersama, melalui perencanaan haluan negara guna menghadirkan kepemimpinan Indonesia menjelang 100 tahun kemerdekaannya pada tahun 2045 yang akan datang.
Dalam upaya itu, kepada seluruh elit politik Indonesia sebaiknya juga mengedepankan kritik dan otokritik, serta bersama-sama bergandengan tangan agar seluruh energi persatuan tersebut muncul, menjadi kekuatan bagi kemajuan Indonesia raya yang benar-benar percaya pada kekuatan sendiri.
Di sinilah ekspor petai dan jengkol yang nampaknya sederhana, namun bisa digunakan sebagai energi menggelorakan rasa percaya diri bagi kejayaan Indonesia. Merdeka!!!