Misalnya nih, Soleman jalan bareng sama istrinya, lalu di jalan ada lelaki memandangi Uning berlama-lama, langsung cemburu.
Ingin rasanya dia menculek mata si lelaki mata jalang itu. Itu sering kali terjadi, sehingga kadang batinnya mengeluh, “Enakan punya bini biasa saja ya, ditinggal ke mana-mana tak ada yang ganggu.”
Apa mau dituker tambah macam motor atau mobil? Ya nggak mungkinlah.
Soleman ini anak muda yang sibuk, sehingga ketika istri mau bepergian, Soleman tak bisa mengantar tau menemani.
Lalu pakailah sopir, Boiman, tetangga sekaligus teman sendiri. Yang Soleman nggak suka, tahu yang bawa mobil sopir bayaran, Uning posisi duduknya tetap di jok depan, di samping sopir.
Padahal umumnya, bini juragan selal duduk di jok kedua.
Di sinilah Soleman cemburu lagi. Takutnya, saat pindah gigi untuk mengatur kecepatan mobil tangan Boiman memegang tangan Uning dengan sengaja.
Cuma pegang tangan ini, apa ruginya? Nggak rugi bagaimana, kalau orang seneng, baru bisa mengelus-elus tangannya saja sudah hepi banget, apa lagi ngelus dan meraba yang lain.
Jika makan di rumah makan, istrinya juga mengajak Boiman makan bersama keluarga, tak dibedakan dengan makan sendiri di meja yang beda.
Kembali dengar kabar itu Soleman dimakan cemburu lagi. Jangan-jangan Uning sendiri yang ada minat pada Boiman.
Maka Soleman pernah menegur istrinya, jangan terlalu mengistimewakan seorang sopir.
Tapi apa jawab istrinya, jangan menaruh rendah seorang sopir. Karena Boiman juga manusia yang ingin dihargai.