PUNYA bini cantik memangnya enak? Apa lagi jika orangnya cemburuan macam Soleman, 30.
Teman sendiri, Boiman, 21, yang jadi sopir keluarga, dituduh ada maunya sama istrinya, Uning, 28, yang cantik itu.
Gara-gara kesalahpahaman ini, Boiman nyaris tewas dianiaya pakai senjata tajam justru di depan Polsek.
Kenapa kebanyakan lelaki selalu mendambakan bini yang cantik? Padahal ibarat sepiring nasi, wajah cantik bodi seksi itu kan sekedar piringnya saja, ada yang kembang, ada yang polos.
Tetapi rasa nasinya tak ada jaminan pasti pulen dan menul-menul. Bisa saja campur gabah, atau malah banyak kutunya macam beras Bansos yang dimanipulasi.
Dan Soleman warga Ketapang Kabupaten Sampang, termasuk lelaki yang mujur itu.
Tanpa perjuangan yang keras, apa lagi pasang baliho di setiap pojok desa, kepak-kepak asmaranya dapat respon Uning gadis cantik yang masih tetangga desa.
Takut direbut cowok lain, begitu proposal cintanya disetujui, dua bulan kemudian keduanya langsung menikah.
Namanya punya bini cantik, Soleman rajin banget menggelar “serangan umum” non 1 Maret 1949.
Ibarat tangsi militer Belanda, Uning dibombardir terus pakai peluru dua belas komah tujuh, sampai kele-kele (kecapekan).
Cuma uniknya, meski Uning sudah mutlak menjadi miliknya secara sah dan dilindungi hukum, Soleman masih merasa terancam bila sewaktu-waktu bininya diambil orang.
Misalnya nih, Soleman jalan bareng sama istrinya, lalu di jalan ada lelaki memandangi Uning berlama-lama, langsung cemburu.
Ingin rasanya dia menculek mata si lelaki mata jalang itu. Itu sering kali terjadi, sehingga kadang batinnya mengeluh, “Enakan punya bini biasa saja ya, ditinggal ke mana-mana tak ada yang ganggu.”
Apa mau dituker tambah macam motor atau mobil? Ya nggak mungkinlah.
Soleman ini anak muda yang sibuk, sehingga ketika istri mau bepergian, Soleman tak bisa mengantar tau menemani.
Lalu pakailah sopir, Boiman, tetangga sekaligus teman sendiri. Yang Soleman nggak suka, tahu yang bawa mobil sopir bayaran, Uning posisi duduknya tetap di jok depan, di samping sopir.
Padahal umumnya, bini juragan selal duduk di jok kedua.
Di sinilah Soleman cemburu lagi. Takutnya, saat pindah gigi untuk mengatur kecepatan mobil tangan Boiman memegang tangan Uning dengan sengaja.
Cuma pegang tangan ini, apa ruginya? Nggak rugi bagaimana, kalau orang seneng, baru bisa mengelus-elus tangannya saja sudah hepi banget, apa lagi ngelus dan meraba yang lain.
Jika makan di rumah makan, istrinya juga mengajak Boiman makan bersama keluarga, tak dibedakan dengan makan sendiri di meja yang beda.
Kembali dengar kabar itu Soleman dimakan cemburu lagi. Jangan-jangan Uning sendiri yang ada minat pada Boiman.
Maka Soleman pernah menegur istrinya, jangan terlalu mengistimewakan seorang sopir.
Tapi apa jawab istrinya, jangan menaruh rendah seorang sopir. Karena Boiman juga manusia yang ingin dihargai.
Maka jika sopir dianggap keluarga, dia akan betah bekerja sama kita, bayaran lebih kecil pun dia takkan memasalahkan, karena dimanusiakan.
“Jangan mendikotomikan antara sopir dan majikan,” kata Uning yang membuat Soleman terkena skamat.
Tapi belum lama ini, tanpa seizinnya Uning mengajak Boiman pergi ke suatu tempat. Lagi-lagi Soleman dibakar cemburu.
Mobil Kijang Inova yang dikendarakan Boiman itu langsung dikejar pakai motor hingga terkejar di depan polsek Ketapang.
Boiman dipaksa turun dan ditusuk berulangkali. “Masak selingkuh bawa keluarga,” kata Boiman yang luka parah sehingga ditolong orang dan dilarikan ke RS.
Memang selain Uning, di mobil itu juga ada anggota keluarganya yang lain.
Masak mau selingkuh kok bawa keluarga, gendeng apa? Kembali Uning mengingatkan suami, tapi sudah terlambat.
Gara-gara kecerobohan Soleman, dia ditahan polisi karena mencelakai orang lain dengan sengaja.
Maka benar Pak Bendot, istri jelek nggak papa, yang penting rasanya Bung! (GTS)