Dengan ramah Karina mengangguk sambil senyum lalu katanya, “Belum berangkat Mas?” Bahri pun belingsatan dan tergagap. Wih, senyumnya sungguh pepsodent yang sudah pakai irium dan LD3.
Nunung heran juga, kenapa belakangan suaminya rajin cuci mobil sendiri, padahal biasanya dibawa ke bengkel. Lama-lama dia tahu juga bahwa itu sekedar modus Bahri untuk bisa melihat janda Karina belanja ke warung.
Lalu katanya langsung nembak suami, “Tuh kan, ada janda bahenol kamu langsung salting!” Merah juga muka Bahri, istrinya ngarani kok waton nyata (menuduh berdasarkan bukti).
Tapi dia pinter ngeles macam pengacara. Biar sudah ditegur bini, bukan bararti surut, justru semakin dipertajam dan masuk skala prioritas.
Sekali waktu pas Bahri mau ke kantor, terlihat janda mau naik bemo (angkot), langsung saja disamperi dan ditawari bareng bersamanya.
Pokoknya siap ngantar sampai ke ujung langit. Dari obrolan dalam mobil itulah keduanya mulai akrab.
Meski Karina usianya terpaut jauh di atasnya, karena Bahri termasuk lelaki pencinta benda purbakala, akhirnya dipacari juga dengan segala kostnya.
Di bawa ke hotel Karina mau saja dan Bahri baru merasakan, biar janda tua tapi Karina masih pulen dan mempur macam singkong barusan direbus.
Lama-lama aksi mesum Bahri – Karina tercium oleh Nunung, manakala keduanya hendak pergi berdua ke suatu tempat.
Mereka memang batal cek in, malah cekcok di jalan gara-gara Nunung terus nyap-nyap.
Setibanya di rumah Nunung langsung bikin pernyataan sikap, menolak orang ketiga dalam rumahtangganya.
Ketimbang makan hati, dia mau menggugat cerai saja lewat Pengadilan Agama. Silakan kalau Bahri hendak mengawini janda anggur kolesom.
