MAUNYA Winanti, 28, gerak cepat saja. Ketika gugatan perceraian masih diproses di Pengadilan Agama, dalam status pisah ranjang dia masukkan PIL ke ranjang. Tapi sial, baru buka-bukaan baju berdua, eh digerebek suami, Pratman, 32. Tak ayal sang PIL diseret keluar dan dihajar, baru diserahkan ke Polres Tangsel.
Ketika gugatan perceraian masih dalam proses di Pengadilan Agama, hubungan suami istri belum putus secara hukum. Karenanya tak boleh “transaksi” dengan pihak ketiga, meski keduanya sudah pisah ranjang dan sepakat “gencatan senjata” tanpa direkomendasikan oleh PBB. Nah, status mengambang inilah banyak suami atau istri yang nekat transaksi dengan pihak ketiga. Ini jelas pelanggaran sekaligus perzinaan.
Bagi Winanti warga Kademangan Tangsel, aturan main seperti itu tak peduli lagi. Seperti takut kehabisan stok cowok, ketika ada yang berminat atas dirinya langsung saja ditanggapi dan diservis sebagaimana mestinya. Maklum, berbulan-bulan melakukan “gencatan senjata”, lama-lama kesepian juga. Mau menuntut jatah ke suami sudah kehilangan selera, karena rasanya empet saja.
Lagi-lagi Covid-19 mampu kacaukan rumahtangga setiap keluarga. Suami yang mendadak gajinya tinggal separo karena perusahaan nyaris kolaps, menjadikan Winanti tak bisa memaklumi keadaan. Seiring dengan gaji yang tinggal 50 persen, cintanya pada suami juga tinggal 50 persen. Ketika suami diminta cari kerja di tempat lain, dan Pratman tak bersedia karena di mana-mana perusahaan juga lesu, cinta Winanti turun lagi tinggal 25 persen. Dia pun mengajukan opsi untuk pecah kongsi, ternyata Pratman menjawab: siap boss!
Keduanya pun lalu mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Tangsel, dan meski masih satu rumah tapi mereka sudah pisah ranjang. Suami di kamar depan, dan istri di kamar belakang, tempat yang menjadi habitatnya selama ini. Dan sejak itu pula mereka sepakat “gencatan senjata” entah sampai kapan.
Sebagai wanita normal, lagi pula masih muda dan enerjik, terlalu lama absen dari kehangatan malam hari, Winanti kesepian juga. Tapi minta jatah pada suami meski masih ada hak, sudah merasa gengsi. Karenanya ketika ada orang luar tertarik padanya, Winanti langsung menanggapi. Ini benar-benar sebuah keberuntungan, belum juga pasang baliho di jalan-jalan, elektabilitasnya langsung naik.
Pada dasarnya Winanti memang wanita cantik, sehingga kepak-kepak kecintaannya banyak menarik perhatian lelaki. Salah satu lelaki yang langsung nyosor tanpa basa-basi itu adalah Senthun, 35, warga masih satu kampung juga. Prosesnya begitu cepat, ketika ajakan koalisi diterima, langsung dilanjutkan dengan eksekusi. Bayangkan, ibarat orang ngantuk disorong bantal, langsung Winanti liyer-liyer keasyikan.
Di mana eksekusi itu dilakukan, kadang Winanti diajak ke rumah kontrakan Senthun. Hanya ditelpon saja bini Pratman ini sudah siap melakukan pelayanan jemput bola, dalam arti menyongsong “bola”-nya Senthun itu sendiri. Kali lain, giliran Senthun yang melayani kencan balasan di rumah Winanti, tentu saja ketika suami masih sibuk di kantor.
Sepandai-pandai tupai selingkuh, lama-lama ketahuan suami juga. Ini terkuak dari laporan tetangga bahwa Winanti sering memasukkan cowok ke ranjangnya. Hari itu mestinya dia kerja, tapi malah menyelinap ke rumah tetangga, untuk mamantau praktek mesum bininya. Benar saja, beberapa saat Senthun masuk ke rumah, pintu kamar langsung didobrak. Nah lho, keduanya tertangkap basah meski baru tahap melepas baju masing-masing, gerah ngkali karena tanpa AC.
Senthun langsung ditarik keluar dan dihajar Pratman ditambah partisipasi sejumlah tetangga. Dalam kondisi wajah simpang siur barulah Senthun diserahkan ke Polsek Tangsel. Dalam pemeriksaan Senthun mengakui, sudah berulang kali melakukan persetubuhan dengan bini Pratman.
Nggak ada baliho nggak ada spanduk, langsung main coblos saja. (GTS)