Oleh: Hasto Kristiyanto
KEMENANGAN ganda putri bulu tangkis Indonesia dalam Olimpiade Tokyo disambut dengan sorak sorai. Kemenangan tersebut begitu menggetarkan kalbu ketika Indonesia Raya berkumandang mengiringi berkibarnya Sang Saka Merah Putih ke Angkasa Raya.
Air mata keharuan pun tertumpah, penuh syukur dan betapa bangganya ketika nama Indonesia bergema dalam pesta olah raga yang telah menyatu dalam sejarah peradaban umat manusia. Kebanggaan Indonesia pun tertumpah pada sosok Apriyani Rahayu dan Greysia Polii.
Keduanya telah berjuang tanpa kenal lelah membawa nama harum Indonesia Raya. Kemenangan bukanlah hasil jalan pintas. Kemenangan ditempuh melalui kerja keras penuh strategi.
Mental Juara. (Kartunis/Suara Kebangsaan/Poskota.co.id)
Kemenangan mengandung seni mengatur energi, menaruh perhatian agar fokus melihat strategi dan taktik lawan, mencari titk kelemahan lawan, dan darinya strategi serangan dilancarkan dengan penuh keyakinan.
Kemenangan juga memerlukan kesabaran guna melatih diri setapak demi setapak, tetapi konsisten dan satu arah, hingga terbangun energi berprestasi. Selain itu, kemenangan perlu adanya mentalitas juara.
Mentalitas juara atau mentalitas kemenangan, atau mentalitas menjadi pemimpin sebenarnya bukan hal asing bagi bangsa Indonesia. Jauh sebelum kemerdekaan diperoleh, para pendiri bangsa khususnya Bung Karno terus mengobarkan mentalitas ini.
Sebab, penjajahan selama beratus-ratus tahun telah membuat mental bangsa turun menjadi mental kerdil, mental minder, mental memuja orang lain, dan pada saat bersamaan merendahkan diri sendiri. Begitu mudah bangsa ini tunduk pada “pemikiran” dari bangsa lain, baik Eropa, Amerika Serikat, Cina, maupun Arab.
Padahal, belajar dari kemajuan bangsa-bangsa di dunia, mereka maju karena berakar pada falsafah, kebudayaan, sejarah, dan kondisi geografisnya.
Belajar dari kemajuan setiap bangsa yang telah mewarnai peradaban dunia, maka ketika Indonesia merdeka, Bung Karno buru-buru menegaskan pentingnya nation and character building yakni suatu revolusi mental dan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, agar bangsa Indonesia memiliki cara pandang, daya upaya, semangat, dan sekaligus mentalitet percaya pada kekuatan bangsa sendiri.
Revolusi mental adalah revolusi yang merombak cara berpikir lama, mental lama yang serba menunduk, menjadi mentalitas baru yang berdiri tegak, menatap orang asing sejajar, sama tinggi, dan tidak ada rasa rendah diri.
Oleh Bung Karno, dalam peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1956 ditegaskan bahwa revolusi mental adalah suatu gerakan untuk mengembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala.
Melihat apa yang ditampilkan oleh Apriyani dan Greysia, nampak bahwa revolusi mental yang ditanamkan Eng Hian pelatihnya, telah menghadirkan kekompakan Apriyani-Greysia. Jiwa pasangan ganda itu sepertinya menyatu.
Hal tersebut nampak dari pola permainan yang menuntut satunya pikiran dan tindakan. Hanya dengan kedipan mata atau pun ekspresi gerakan tubuh di antara mereka, seluruh reflek motorik nampak senada seirama dan lahirlah kerjasama yang begitu baik, sehingga mampu menumbangkan pasangan ganda dari Cina, Qing Chen Chen dan Yi Fan Jia.
Tidak mudah mengalahkan pasangan Cina. Terlebih sebagai bangsa, Cina baru menampilkan kekuatan hegemoni dunia baik oleh kekuatan perekonomian, militer, budaya dan juga olah raga.
Kekuatan hegemoni Cina dipastikan menggelorakan semangat para atlitnya untuk tegak berdiri penuh bangga. Namun di tengah-tengah menguatnya hegemoni Cina tersebut, Apriyani-Greysia tetap mampu menjaga kehormatan bulu tangkis sebagai salah satu lambang supremasi olah raga Indonesia.
Di tengah kegembiraan atas kemenangan tsb, sudah sepantasnya kita merenungkan, bagaimana agar semangat menjadi juara tersebut terus bergema dan melahirkan inspirasi bagi seluruh anak bangsa untuk mengejar prestasi.
Prestasi dalam seluruh aspek kehidupan: olah raga, penguasaan ilmu pengetahuan, musik, tari-tarian dll. Prestasi yang sama juga dirindukan oleh seluruh bangsa, bagaimana Indonesia memiliki kesebelasan sepak bola yang handal dan mampu menjebol pertahanan lawan.
Tidak berlebihan jika dari kemenangan ganda bulu tangkis tsb, seluruh komponen bangsa dapat tergugah kesadarannya untuk membangun mental juara di seluruh aspek kehidupan, termasuk bagaimana agar Indonesia bisa menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia.
Pertanyaannya, apakah hal tsb sebagai hal yang berlebihan, ketika kemenangan Apriyani dan Greysia dijadikan daya semangat bagi kepemimpinan Indonesia untuk dunia? Jawabannya adalah tidak.
Bung Karno pun ketika sedang menebar benih-benih nasionalisme pada tahun 1930an sering menggunakan kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905.
Oleh Bung Karno, guna membangkitkan rasa percaya diri bahwa bangsa Asia yang diwakili Jepang mampu mengalahkan hegemoni bangsa Eropa, maka kemenangan Jepang atas Rusia tersebut dipakai sebagai energi bagi kebangkitan nasionalisme dan semangat perjuangan seluruh bangsa Indonesia untuk merdeka.
Kini kemerdekaan telah diperoleh. Kemenangan Apriyani dan Greysia adalah hadiah terbaik bagi kemerdekaan Indonesia yang ke-76.
Namun, persoalannya tidak berhenti hanya pada eforia kemenangan. Di atas segalanya, sudah selayaknya agar mentalitas juara tersebut terus dibangun.
Tidak hanya sebagai juara dunia dalam olah raga badminton, namun bagaimana Indonesia kembali merancang seluruh strategi nasionalnya agar dapat menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa, baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, termasuk dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di situlah pekerjaan rumah kita. Bagaikan Korea Selatan yang memerlukan waktu belasan tahun hanya agar K-Pop mendunia; dan Jepang memerlukan 30 tahunan untuk meletakkan dasar modernitas Jepang, maka Indonesia pun harus meletakkan arah kemajuan dalam persepktif jangka panjang.
Di sinilah konsepsi kemajuan Indonesia perlu disusun dalam kerangka pola pembangunan semesta dan berencana sebagai pedoman strategis terhadap haluan pembangunan bagi masa depan Indonesia.
Dalam pola pembangunan ini, sama halnya dengan olah raga, pelaksanaanya juga memerlukan mental disiplin, mental juara, dan mental kepemimpinan agar Indonesia benar-benar hadir sebagai Bangsa Juara!!