Tetapi bukan hanya dalam aspek politik, Sukarno bersungguh-sungguh untuk menciptakan budaya olah raga. Melalui menterinya, Sukarno memerintahkan dengan jelas .
"Maladi, engkau aku jadikan Menteri Olahraga dan perintahku kepadamu ialah buatlah seluruh bangsa Indonesia ini sport-minded. Dari orang Indonesia yang sudah kakek-kakek, nenek-nenek sampai kepada anak-anak yang masih kecil, jadikanlah seluruh Rakyat Indonesia sport-minded. Kuperintahkan: Gerakkan, gerakkan, gerakkan seluruh bangsa Indonesia dan seluruh bangsa New Emerging Forces ini, dengan cara yang sehebat-hebatnya,".
Melalui olah raga, Indonesia mengedepankan politik olah raga dengan nilai-nilai sportivitas. Melalui olah raga, Bung Karno ingin masyarakat Indonesia mampu memiliki politik stamina membangun bangsa, memajukan kesejahteraan umum karena manusia Indonesia harus sehat jasmani dan rohaninya sebagai prasyarat dasar.
Kepedulian Bung Karno akan kesehatan jasmani sebagai perwujudan adagium mensana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, juga mengejawantah dalam gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan yang berkembang.
Seperti misalnya, setelah diadakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, muncul juga konferensi dokter anak Asia Afrika. Bung Karno mempunyai harapan dan keinginan agar anak-anak Indonesia sehat dan memiliki gizi yang cukup, sehingga kemampuan intelejensinya, tinggi badannya, postur tubuhnya, ideal, sehat sebagaimana karakter dan kepribadiannya yang berjiwa Pancasila.
Bagi Bung Karno, olah raga juga menjadi sarana pemersatu bangsa, nasionalisme bangsa yang baru merdeka digelorakan lewat olah raga.
Dalam pidato kenegaraan 17 Agustus 1957, Bung Karno dengan tegas menyatakan pentingnya olah raga bagi nation building. Karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani, bukan hanya urusan di sekolah, tapi juga menjadi urusan staatzorg (negara) dan menetapkannya sebagai staatsplicht (keharusan negara).
Pembangunan olah raga menjadi bagian dari revolusi kebangsaan. Oleh karena itu, spirit olah raga harus terus digelorakan, semangat untuk menjadi sehat dan kuat, bukan pertama-tama untuk menang, tetapi untuk membangun. Menjadi yang kuat untuk menolong yang lemah. Menjadi yang sehat untuk mengisi kemerdekaan, membangun peradaban.
Dengan spirit olahraga-minded sebagaimana ditegaskan Bung Karno tersebut, maka kepada seluruh delegasi Olimpiade Indonesia di Tokyo harus menggelorakan semangat yang sama, bahwa olah raga adalah bagian dari politik nasionalisme Indonesia guna mengibarkan Sang Saka Mera Putih di angkasa ketika Indonesia menjadi juara. Salam olah raga!