Kemudian yang ketiga, makna kurban dalam arti untuk solidaritas terhadap sesama.
Nabi Ibrahim selalu melihat sesama, ketika waktunya malam, beliau tak akan makan kalau masih ada warga sekitar yang tidak bisa makan.
Beliau pun sering mengundang orang yang tidak bisa makan, untuk bersantap makan di rumahnya. “Solidaritas seperti ini adalah teladan bagi kita, dan kita pegang terus, terlebih di masa pandemic seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Jamaah warga Gardenia GDC Depok yang tetap dengan prokes ketatnya, terlarut dalam khusyuk mendengar uraian makna kurban yang disampaikan ustaz.
Nabi Ibrahim AS, lanjut Ustaz, adalah teladan, beliau menurunkan para nabi, putranya, Ismail dan Iskhak juga menjadi orang terpilih sebagai Nabi, kemudian cucunya, Nabi Yaqub.
“Jadi, Nabi Ibrahim adalah orang tua sukses, teladan bagi kita. Maka, selayaknya kita perhatikan anak-anak kita, bagaimana salatnya, wudlunya, bacaan Qurannya, sudah benar atau belum. Juga pergaulan anak-anak kita,” katanya.
Usai mengikuti rangkaian salat Idul Adha tersebut, warga tetap setia dengan prokes, maka tidal ada salam-samalam, apalagi pelukan. Tidak berkerumun, dengan damai pulang membawa makna Idul Kurban. (*)