Supir Pribadi Banting Stir Jadi Tukang Mie Ayam, Pasang Slogan Sehat dan Alami

Senin 12 Jul 2021, 02:37 WIB
Sudah 25 tahun mantan supir pribadi ini sukses menjual Mie Ayam racikannya sendiri. (Foto/Poskota.co.id/Romaida)

Sudah 25 tahun mantan supir pribadi ini sukses menjual Mie Ayam racikannya sendiri. (Foto/Poskota.co.id/Romaida)

Suroto mengungkapkan, pembelinya datang dari banyak kalangan dan daerah. Biasanya karyawan BUMN yang bekerja dekat daerah Matraman. Karena dirinya juga bekerja sama dengan Café Sastra yang berada di PT Balai Pustaka, banyak juga pengunjung yang berdatangan dari sana.

“Kita kerjasama dengan café sastra, sama café sastra dijual Rp25000. Di kasih nama mie ayam Ramon, itu lumayan banyak kalo ada tamu. Begitu tau BUMN dari tempat lain dikasih makan di sini, biasanya balik lagi ke sini sendiri, beli,” papar Suroto.

Sehari, Suroto mengaku dapat menjual 80 hingga 100 porsi sehari. Penjualan bersih per hari pun bisa mencapai 1 juta. Namun semenjak pandemi penjualannya turun menjadi 50 persen. Lantaran menurutnya banyak kantor-kantor di liburkan. Belum lagi pembatasan tempat

Baru-baru ini diberlakukan PPKM yang tidak mengizinkan pembeli makan di tempat. Hal ini membuat penghasilannya semakin menurun. Kini mungkin dia hanya bisa menjual 20 sampai 30 persen dari penjualan saat pandemi.

Pasalnya dia hanya dapat mengandalkan orang yang membungkus pulang atau dari aplikasi layanan makanan. Namun itupun tak seberapa mengingat Mie Ayam jauh lebih enak disantap di tempat.

“Sekarang pandemi jual 50 persen itu aja setengah mati, ada Gojek enggak ada Gojek, sebenarnya enggak berpengaruh banyak. Karena kalau mie, kan, enakan makan di tempat. Sekarang nggak boleh makan di tempat udah abislah. Begitu PSBB ketat, 20 persen enggak ada. Mintanya makan di tempat enggak kita kasih,” keluhnya. 

Banting Stir Dari Profesi Supir

Pria usia 48 tahun itu tadinya berprofesi sebagai supir pribadi. Namun akhirnya banting stir menjadi tukang mie ayam. Suroto mengatakan semula bisnisnya dikelola oleh sang istri sejak tahun 1995. Kala itu status dirinya masih menjadi supir pribadi.

Dia dan istri berjualan di depan pabrik milik majikannya. Responnya saat itu sangat bagus. Tak lama setelah buka, Suroto sudha kebanjiran pesanan.

“Alhamdulillah waktu buka pertama kali, itu udah panjang antriannya,” cerita Suroto. 

Saat itu Suroto masih menjual Mie Ayamnya dengan harga Rp1500. Metode penjualannya pun masih menggunakan kompor sumbu.

“Masih pake kompor pompa. Jualan masih Rp1500 perak, teh botol masih Rp300 Banyak banget perjuangannya, ini adik saya yang ikut bantu pernah sampe kompor meleduk, rambut sama alis adik saya kebakar," tambah Suroto. 

Berita Terkait
News Update