JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Untuk pecinta mie ayam kamu wajib banget coba yang satu ini. Mie Ayam Mamy, terletak di jalan kawasan Matraman persis depan PT Balai Pustaka. Tepatnya di Jl. Bunga No. 8, Rt3/9/, Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur. Mie Ayam Mamy dijual Rp17000 per-porsi.
Sekilas tak ada yang berbeda dari Mie Ayam Mamy, namun bisnis kuliner yang sudah ada berjalan selama 25 tahun ini rasanya asli maknyus.
Warung mie ayam dengan slogan sehat dan alami ini, mengolah semua bahan warung tenda mie ayamya sendiri. Mulai dari mie, toping ayam, pangsit basah hingga pangsit goreng. Meski berada di kaki lima, bahan-bahan yang digunakan untuk sajian mie semuanya tergolong premium. Termasuk merek saus dan kecapnya.
Suroto, pemilik Mie Ayam Mamy mengatakan untuk dapat mendapatkan resep sempurna bahan mentahnya ini dia membutuhkan waktu satu tahun.
Bapak dua anak itu mengungkapkan dirinya mempelajari metode mengolah bahan utama mie ayamnya dari pamannya di Jawa Timur. Kebetulan paman Suroto adalah pemilik pabrik mie. Dirinya mempelajari semua metodenya melalui telepon. Tak sekali saja, untuk resep olah mie mentah Suroto harus mencoba 4 sampai 5 kali.
“Dikasih tau, kalau mau enak bahannya ini, tepungnya ini, belajar lewat telepon aja. Enggak langsung jadi, pernah yang kayak karet, pernah digigit membal, pernah yang mie nya yang putus-putus, prosesnya buang-buang,” ujar Suroto saat ditemui di tenda warung mie ayamnya, Jumat (9/7/2021)
Menurutnya kualitas mie di warung tendanya ini bukan kaleng-kaleng. Selain mie, toping ayamnya juga bisa terjamin kenikmatannya. Irisan ayam besar-besar itu terus di inovasi hingga mendapat resep sempurna setelah satu tahun. Sekilas warnanya pucat, namun rempahnya langsung terasa di gigitan pertama.
“Belajar resep ayamnya ini setahun baru ketemu. Kalo ayam Wonogiri itu kan cenderung kecoklatan. Kalo kita ayamnya putih, daging semua, enggak mau kulit enggak mau tulang. Saya jualan bener-bener mie ayam, mi dan ayam,” katanya.
“Kita inovasi terus. Bukan itu aja, sausnya juga kecap merek apa yang enak. Pakai yang lumayan mahal, bahan restoran ta jual di kaki lima. Gitu aja,” imbuh Suroto.
Suroto mengatakan salah satu keunggulan dari produk jualannya ini adalah tahan lama. Meski sudah empat atau lima jam rasanya tidak berubah sama sekali. Hal ini dibuktikan melalui salah satu pelanggannya yang tinggal di daerah Sukabumi.
“Paling jauh di Sukabumi. Bungkus 4-5 porsis dari sini jam 11 siang karena sabtu minggu dia libur. Nyampe sana jam sore, dipanasin kuahnya disiram gitu aja, masih enak bilangnya. Syaratnya di pisah aja kuahnya,” terang Suroto.
Suroto mengungkapkan, pembelinya datang dari banyak kalangan dan daerah. Biasanya karyawan BUMN yang bekerja dekat daerah Matraman. Karena dirinya juga bekerja sama dengan Café Sastra yang berada di PT Balai Pustaka, banyak juga pengunjung yang berdatangan dari sana.
“Kita kerjasama dengan café sastra, sama café sastra dijual Rp25000. Di kasih nama mie ayam Ramon, itu lumayan banyak kalo ada tamu. Begitu tau BUMN dari tempat lain dikasih makan di sini, biasanya balik lagi ke sini sendiri, beli,” papar Suroto.
Sehari, Suroto mengaku dapat menjual 80 hingga 100 porsi sehari. Penjualan bersih per hari pun bisa mencapai 1 juta. Namun semenjak pandemi penjualannya turun menjadi 50 persen. Lantaran menurutnya banyak kantor-kantor di liburkan. Belum lagi pembatasan tempat
Baru-baru ini diberlakukan PPKM yang tidak mengizinkan pembeli makan di tempat. Hal ini membuat penghasilannya semakin menurun. Kini mungkin dia hanya bisa menjual 20 sampai 30 persen dari penjualan saat pandemi.
Pasalnya dia hanya dapat mengandalkan orang yang membungkus pulang atau dari aplikasi layanan makanan. Namun itupun tak seberapa mengingat Mie Ayam jauh lebih enak disantap di tempat.
“Sekarang pandemi jual 50 persen itu aja setengah mati, ada Gojek enggak ada Gojek, sebenarnya enggak berpengaruh banyak. Karena kalau mie, kan, enakan makan di tempat. Sekarang nggak boleh makan di tempat udah abislah. Begitu PSBB ketat, 20 persen enggak ada. Mintanya makan di tempat enggak kita kasih,” keluhnya.
Banting Stir Dari Profesi Supir
Pria usia 48 tahun itu tadinya berprofesi sebagai supir pribadi. Namun akhirnya banting stir menjadi tukang mie ayam. Suroto mengatakan semula bisnisnya dikelola oleh sang istri sejak tahun 1995. Kala itu status dirinya masih menjadi supir pribadi.
Dia dan istri berjualan di depan pabrik milik majikannya. Responnya saat itu sangat bagus. Tak lama setelah buka, Suroto sudha kebanjiran pesanan.
“Alhamdulillah waktu buka pertama kali, itu udah panjang antriannya,” cerita Suroto.
Saat itu Suroto masih menjual Mie Ayamnya dengan harga Rp1500. Metode penjualannya pun masih menggunakan kompor sumbu.
“Masih pake kompor pompa. Jualan masih Rp1500 perak, teh botol masih Rp300 Banyak banget perjuangannya, ini adik saya yang ikut bantu pernah sampe kompor meleduk, rambut sama alis adik saya kebakar," tambah Suroto.
Dengan bantuan sang adik, istrinya dibantu untuk melayani para pembeli selagi dirinya bekerja menjadi supir. Hal tersebut pun berlangsung hingga tahun 2017, Suroto diminta mengundurkan diri dari tempat kerjanya.
Saat itu keadaan ekonominya sangat terdesak lantaran Pendidikan anak-anaknya sedang membutuhkan banyak biaya. Dia akhirnya memutuskan untuk menekuni bisnis mie ayamnya. Dan terjun melayani langsung para pembeli.
“Tahun 2017 saya diminta mengundurkan diri, terus kata anak saya ketimbang kerja ambil supir lagi, enggak bisa jualan. Lebih baik ambil jualan. Kata anak saya yang gede. Dia bilang, mie mah enggak ada matinya. Jadi saya ambil jualan, enggak cari kerja lagi,” tuturnya.
“Motor akhirnya saya jual buat nutup-nutupin kekurangan, gitu,” imbuhnya.
Dia mulai mencari tempat baru karena diminta untuk pindah jualan dari depan pabrik sang mantan majikan. Suroto akhirnya mendapat tempat gratis setelah izin dari pemilik balai pustaka.
“Saya enggak diizinin lagi jualan di depan pabrik, akhirnya istri saya coba minta izin sama pemilik balai pustaka, kebetulan rumah saya di belakang, alhamdulillah dapat izin, gitu,” kata Suroto.
Pernah Ditawar 20 Juta
Dalam kurun 25 tahun terakhir, Suroto tak menampik bahwa banyak pihak yang mengajaknya bekerja sama. Mulai dari tawaran investasi hingga franchise atau bisnis waralaba. Dia bahkan mengaku pernah ditawar 20 juta untuk harga brand franchise mi ayamya.
Namun dia mengaku saat ini belum siap. Mengingat itu berarti dirinya harus menyuplai 50 hingga 100 porsi lagi perhari untuk memenuhi kebutuhan franchise. Suroto menyebut dirinya belum sanggup. Karena sampai saat ini, semua bahan makanan dikerjakan sendiri.
“Pernah ada orang Cina, dia minta bahan jadi 50 porsi satu hari, orang Cina begitu biasanya. Ada yang balik lima kali ke sini ngajak kerjasama nawarin sampai 20 juta, tapi saya-nya belum sanggup," bongkar Suroto.
Hingga saat ini, Suroto hanya menyuplai satu tempat miliki gerobak mie ayam milik adiknya saja di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Salah satu kendala lain yang membuatnya belum berani memperlebar sayap karena tempat tinggalnya yang kecil.
“Saya terbentur sama tempat, kalo saya punya tempat dan luas saya berani terjun kayak gitu .Saya yang masalah bukan tempat jualan, tapi rumah buat olah bahan dari nolnya itu,” paparnya.
Kini selain jual mie ayam yang siap santap, dirinya paling menerima pesanan bahan mentah seperti, mie dan pangsit. Namun itu pun tidak dalam jumlah banyak. Meski dia sudah memiliki tiga buah mesin mie besar, tenaga yang bekerja sangat terbatas. Sejauh ini hanya ada 4 orang, yakni Suroto, istrinya, anaknya dan adiknya.
“Aku belum berani ngelayani yang dalam porsi banyak, karena tinggal di sini aja masih ngontrak, kan, bingung saya,” kata Suroto.
Namun bisnis jual beli mie dan pangsit ini juga belakangan mulai serat karena pandemi. Beberapa penjual mie ayam yang biasa membeli bahan mentah padanya kini banyak yang tutup. Penjualan bahan mentah di ecommerce pun menurun, akibatnya Suroto memilih menutup dua toko onlinennya.
Lebih lanjut, Suroto mengungkapkan alih-alih franchise, dia mengharap dapat investasi yang dapat menyediakan tempat tinggal. Dengan begitu dirinya bisa leluasa membuat olahan bahan. Tidak seperti saat ini yang terbatas dengan ruang. (cr07)
Resep Mie Ayam
Bahan-bahan
- Potong daging ayam dalam bentuk dadu atau sesuai selera
- Cuci bersih sayuran, bisa sawi, bayam atau sesuai selera.
- Mie yang sudah direbus
Bumbu Halus
- 5 bawang merah
- 3 bawang putih
- 2 buah kemiri
- 2 cm kunyit
- 1 cm jahe
- Ketumbar sangrai
Bahan tambahan
- 1 buah serai, geprek
- 2 lembar daun salam
- 2 lembar daun jeruk
- Saus tiram
- Kecap manis
- Kaldu ayam bubuk
- Potong daun bawang
- Garam
Langkah Membuat Toping Ayam
- Tumis bumbu halus bersama dengan daun salam, serai, daun jeruk hingga harum.
- Masukkan ayam yang sudah dipotong hingga berubah warna, lalu tambahkan air secukupnya.
- Beri saus tiram, kecap manis, kaldu bubuk dan sedikit garam. Biarkan hingga mengental.
Langkah Membuat Membuat Kuah
- Buat kuah dengan cara rebus air dengan tulang ayam,
- Tambahkan bawang putih geprek, sedikit minyak dan lada, rebus hingga mendidih.
Langkah Penyajian
- Siapkan mangkuk, beri minyak sayur dan kecap asin.
- Masukan mie yang sudah di rebus, aduk-aduk rata
- Tambahkan toping ayam di atas mie, sayuran yang sudah direbus, dan daun bawang.
- Taburi dengan bawang goreng.
- Siap disajikan.