Katanya, dengan ngopi bisa melupakan nasib sial di dunia. Tapi belakangan dia terpaksa disebut oknum, karena kalau menggoda bini Hardo tersebut kelewat berani. Tak hanya mulut, tangan juga suka senggal senggol dan colak-colek macam kondetur bis PPD di Jakarta.
Ternyata meski dicolek dan disenggol, Sri Lestari hanya senyum dengan lirikan mautnya. Maka Kopral Jono lalu mencoba minta nomer HP-nya, ternyata dikasih. Sejak itu keduanya makin akrab saja.
Jika tak datang di warung kopi juga hadir dalam WA. Sekali waktu Kopral Jono berani menggoda begini, “Wekaku tak lebokake wekamu ya....” Aslinya sih sekedar minta nomer WA yang baru, tapi dalam bahasa Jawa dialog tersebut berkonotasi porno.
Demikian akrabnya Sri Lestari – Kopral Jono, lama-lama keduanya berani janjian keluar dan kemudian masuk hotel. Jika laki-wanita masuk hotel, dijamin ada pihak yang dedel duel.
Dan ini terjadi atas istri Hardo tersebut. Sebab pada akhirnya Sri Lestari pasrah saja ketika diajak berhubungan intim bak suami istri. Dan ini tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Asalkan boking kamar hotel, pastilah, “Masuk Pak Eko......!”
Skandal itu terkuak ketika WA antara Kopral Jono – Sri Lestari terbaca oleh suaminya. Hardo terkaget-kaget mana kala menemukan pesan-pesan mesra dengan istilah “bunda” dan “ayah”.
Dari kata-kata itu sudah bisa dibaca bahwa antara bunda dan ayah tak hanya sekedar dalam dialog, tapi ada juga pihak yang kena “sodok”.
Diam-diam Hardo mulai membuntuti istrinya, dan sekali waktu berhasil menggerebek keduanya saat berbuat mesum di hotel. Selain Polri, dari Denpom turun tangan juga, sehingga Kopral Jono pada akhirnya diadili di pengadilan militer dan dipecat dari dinas TNI. Kasihan, dipecat gara-gara terlalu mengejar nikmat. (GTS)