Biasanya Heny pukul 16:00 sudah sampai di rumah. Tapi sejak lengket dengan Mardoyo, pukul 20:00 baru tiba di rumah. Alasannya lembur, padahal aslinya “lempengin burung” Mardoyo dalam hotel.
Lagi-lagi karena sibuk, Jumanto tak mengurusnya lebih lanjut. Wong dia sendiri juga pulang ke rumah sekitar pukul 22:00. Untung di rumah ada pembantu yang mengurus anak-anaknya.
Tapi belum lama ini Jumanto terkaget-kaget, ketika istrinya terlihat perutnya membesar hendak “turun mesin”. Padahal sebagai suami, ibarat mobil dia sudah jarang mengendarai. Lalu Heny pun diinterogasi, untuk menjawab siapa yang menjadikan dirinya hamil. Awalnya berkelit tak ada campurtangan pihak ketiga. “Memangnya jarang kumpul suami istri tak bisa hamil? Kalau pas masa subur, ya bisa saja.....,” debat Heny.
Lain hari diinterogasi lagi, sehingga lama-lama keluar pengakuan bahwa itu berkat kerjasama nirlaba bersama Mardoyo rekan di kantornya. Tentu saja Jumanto jadi mencak-mencak dan mendadak jijik pada istri sendiri.
Hari berikutnya dia langsung mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. “Saya tak mau istri saya terima modal asing,” kata Jumanto pada petugas. Padahal pemerintah sedang menggalakkan masuknya modal asing, Cak. (GTS)