ADVERTISEMENT
Kamis, 10 Juni 2021 13:51 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kegiatan penjaringan calon presiden atau wakil presiden 2024 oleh kalangan muda NU melalui Tim Sembilan menimbulkan pro-kontra.
Namun, pelaksanaan Konvensi ini terus menggelinding, bahkan mendapat respon masyarakat, serta membangkitkan semangat bagi kader nahdliyyin untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024.
"Justru kami banyak mendapatkan support dari akademisi NU dan para tokoh Nahdliyyin di berbagai daerah dan luar negeri, apalagi ini sebuah kreativitas," kata Anggota Tim Sembilan Konvensi Capres NU 2024, Amsar Dulmanan, kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (10/6/2021).
Amsar menjelaskan konvensi ini adalah perwujudan dari prinsip kebebasan berpendapat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD), juga merupakan penguatan proses demokratisasi dan pemberdayaan civil society di Indonesia.
Menurut Dosen UNUSIA Jakarta ini, forum perhelatan virtual untuk menjaring aspirasi publik yang menyangkut sosok calon presiden/wakil presiden RI 2024 itu menjadi salah satu forum edukasi politik bagi masyarakat bawah, khususnya warga NU.
Dengan sistem inilah, asas kepantasan dan kepatutan tokoh NU untuk ditawarkan menjadi pemimpin nasional itu benar-benar muncul dari bawah.
Amsar mengatakan, pihaknya menyadari bahwa proses penjaringan yang dilakukan secara on-line itu juga rentan terhadap munculnya buzzer dari kandidat tertentu untuk memenangkan hasil akhir polling.
"Ya, saya kira wajarlah, karena masing-masing capres punya tim sukses," ujarnya.
Koordinator Nasional Forum Komunikasi Generasi Muda Nahdlatul Ulama (FKGMNU) ini memastikan polling bukanlah satu-satunya instrumen untuk menentukan asas kepatutan & kepantasan seorang kandidat untuk maju sebagai seorang Capres/Cawapres.
"Masih ada instrumen lain yang relatif independen & tak bisa diintervensi oleh buzzer," jelas Amsar.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT