LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Pembelajaran dalam jaringan (daring) alias online yang diterapkan di masa pandemi Covid-19 selama satu tahun terakhir ini ternyata sudah membuat semangat belajar para pelajar menurun.
Terbukti, pekan ini saja Dinas Pendidikan (Dindik) Lebak mencatat terdapat ratusan, tepatnya 300 siswa SMP di Kabupaten Lebak yang berhenti sekolah.
Hal tersebut diduga dikarena mereka sudah jenuh terhadap pelaksanaan metode pembelajaran daring itu.
Mengamati hal tersebut, Dase Erwin Juansyah, pengamat pendikikan Kabupaten Lebak, mengatakan, belajar menggunakan sistem daring dengan jangka waktu yang cukup lama, memang berpotensi terhadap siswa untuk memutuskan berhenti sekolah.
"Hal seperti itu bukan hanya terjadi di Kabupaten Lebak saja, namun juga didaerah lainnya. Karena tidak memungkiri bahwa para pelajar pastinya akan jenuh jika terus belajar di depan layar Handphone saja," kata Dase kepada wartawan di Rangkasbitung, Jum'at (28/05/2021).
Dase mengatakan, belum kesiapan sarana prasana baik oleh pihak sekolah maupun siswa yang menambah kendala dalam pembelajaran daring itu.
"Kabupaten Lebak sendiri masih terdapat blank spot atau daerah yang susah sinyal, yang tentunya semakin menghambat pelaksanaan pembelajaran daring. Belum lagi siswa yang tidak mempunyai handphone," kata pengamat Dase.
Namun, karena Lebak saat ini sudah ditetapkan sebagai zona kuning, maka akhirnya belajar tatap muka bisa dilaksanakan kembali, sehingga kekhawatiran pemerintah daerah, terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan siswa yang putus sekolah, mampu diminimalisir.
“Kalau saja, belajar sistem daring ditambah satu tahun ke depan, maka bukan 300 siswa SMP saja yang berhenti, tetapi bisa semakin bertambah ke 500 hingga 700 siswa yang akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah,” kata Erwin.
Sementara itu, Kepala Dindik Lebak Wawan Ruswanti membenarkan kondisi tersebut. Katanya, saat ini sekolah-sekolah di Kabupaten Lebak sendiri mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Ia menuturkan, dari 773 SD negeri dan swasta, sebanyak 626 SD diantaranya sudah belajar tatap muka. Sedangkan untuk SMP negeri dan swasta sebanyak 217 sekolah, 84 SMP diantaranya sudah melaksanakan belajar tatap muka.
“Untuk SMP yang hingga kini belum melaksanakan belajar tatap muka, sebagian SMP yang berada di Rangkasbitung, karena para gurunya belum divaksin. Untuk itu, agar bisa melaksanakan belajar tatap muka, kami sudah melakukan kordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, agar para guru SMP di Rangkasbitung bisa diprioritaskan pemberian vaksinya,” terangnya. (Kontributor Banten/Yusuf Permana)