BANDUNG, POSKOTA.CO.ID - Media sosial milik Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil tentang batik yang digunakan oleh dua artis KPOP, mendapatkan kritikan dari Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi.
Karim menilai Ridwan Kamil terlalu banyak 'gimmick' di tengah situasi yang menuntut keberpihakan penuntasan pandemi Covid-19.
"Menurut saya sudah berlebihan Ridwan Kamil itu, iya dia memang kepala daerah yang sadar media tetapi menurut saya, terlalu banyak gimmick di tengah situasi menuntut keberpihakan muncul di berbagai media dengan gaya yang ngetren bagus, tapi dia harus menjawab apa yang dia cari," ujar Karim, Selasa (25/5/2021).
"Kalau dia mencari semata-mata popularitas silakan teruskan, dia sedang menaiki tangga popularitasnya. Tetapi kalau dia mencari untuk Pilpres 2024 atau target politik yang lain sudah saatnya melakukan audit komunikasi," lanjut Karim.
Karim mengatakan, audit komunikasi itu penting.
Menurutnya elektabilitas tak semata ditentukan oleh popularitas, tetapi ada juga faktor kesukaan dan faktor ketersetujuan atas kompetisi yang ditunjukan oleh tokoh calon peserta pemilu.
"Walau disuka anak milenial, mendekati KPop akan mendulang dukungan milenial terhadap dia? belum tentu karena ada faktor lain, faktor keterlibatan politik milenial yang saat ini rendah. Audit komunikasi itu penting karena pansos yang dilakukan Ridwan Kamil tidak kontributif terhadap Pilpres 2024," ujarnya.
Karim menyoroti banyak program pemerintahan di Jabar yang belum terlaksana optimal, belum lagi soal pandemi Covid-19 yang membuat Jabar dalam beberapa pekan terakhir ini menjadi penyumbang kasus harian tertinggi di Indonesia.
"Kok malah main-main dengan KPop, ini ada apa. Menurut saya strategi di orang pinter dan dikelilingi oleh orang-orang pinter, tetapi audit harus tetap dilakukan dengan komitmen dia dan apa yang dia cari. Menurut saya yang penting harus dilakukan itu adalah marketing berbasis pelayanan sosial," ujarnya.
Ia mengapresiasi langkah Ridwan Kamil di awal pandemi dengan melakukan pengetesan di sarana transportasi publik di Bogor.
Menurutnya, langkah seperti itu yang perlu dilihat oleh masyarakat yang ingin segera terbebas dari kekangan pandemi.
"Dia yang mengambil kebijakan pemerintah base of science, jangan dirusak pendekatan yang 'genit' gitu ya. Boleh aja yang genit, mendekati artis KPop juga tetapi kalau dilihat dari sisi artis juga aneh, apa kurang tangga untuk melakukan panjat sosial di Jabar yang melibatkan orang Jabar ? dengan seniman warga Jabar. Pemilihan artis juga aneh," tuturnya.
Gubernur juga harus bisa menyusun langkah pemulihan ekonomi yang real dan kongkrit.
"Karena semua mengalami perlambatan, sektor yang paling menggeliat setelah pandemi adalah produksi, ketika mendadak ada permintaan-permintaan ada peningkatan pasokan. Gubernur juga harus bisa memprediksikan kapan saat itu akan terjadi dan bagaimana antisipasinya," ucap Karim.
"Kepekaan dalam politik itu ibarat plasenta yang menghubungkan politikus dan konstituen. Kalau kepekaan hilang, seperti bayi yang diputus plasenta. Tujuan dan cara tidak bisa dipisahkan," pungkasnya.
Sebelumnya, Dua personel boyband asal Korea Selatan Super Junior, Leeteuk dan Yesung kompak memamerkan foto saat menggunakan batik di Instagram-nya masing-masing.
Selidik punya selidik ternyata batik tersebut merupakan rancangan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
"Apa itu cocok untukmu ? Terima kasih kepada Ridwan Kamil yang telah mendesain batik ini. Terima kasih untuk Java Barat dan Indonesia. aku cinta kamu," tulis Yesung dalam akun resminya, @yesung1106.
Ridwan Kamil pun mengucapkan terima kasih kepada dua bintang KPop itu yang telah mengenakan batik asal Jawa Barat, Batik Komar yang dirancang khusus olehnya.
Ia pun lantas berkelakar kalau keduanya sudah siap untuk pergi ke kondangan atau mengikuti pilkada di Indonesia.
"You are now officially ready for "pergi kondangan" atau "ikut pilkada" in Indonesia," tulis Kang Emil -sapaan Ridwan Kamil- di media sosialnya. (mia)