Syaikh Muhammad Thahir Ibn Asyur mempunyai pandangan lain, menurutnya, bila kata ihsan menggunakan partikel ba (bi), yang maksudnya adalah penghormatan dan pengagungan yang berkaitan dengan pribadi seperti halnya firman Allah yang artinya: “Dia membebaskan aku dari penjara” (QS. Yusuf [12] 100).
Perintah ihsan ditujukan untuk berbakti kepada orang tua yang se-agama, sedangkan untuk kata makruf adalah jika kedua orang tuanya bukan penganut Islam dan perintahnya bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam.
Dan memerintahkan berbuat baik kepada kerabat, yatim, orang orang miskin, dan tetangga yang dekat (kekeluargaan, hubungan keagamaan, dan hubungan kerja) Setelah perintah tersebut, dilanjutkan dengan perintah berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Sementara ulama menetapkan bahwa tetangga adalah penghuni yang tinggal di sekeliling rumah anda, ada yang membatasinya dari rumah pertama sampai empat puluh dan ada juga yang tidak membatasinya.
Berbuat baik kepada tetangga itu baik yang se-agama ataupun tidak seagama, dengan ikut bergembira ketika gembira, begitu pun sebaliknya. Rasul bersabda kepada sahabatnya: “Wahai abu dzar, apabila engkau (keluargamu) memasak daging, perbanyaklah kuahnya dan berilah tetanggamu” (HR. Muslim).
Wash shahibi bi al-janbi, kata ini dapat juga dimaknai dengan istri, bahkan siapapun yang selalu menyertai seseorang dirumahnya, termasuk para pembantu rumah tangga. Hal ini karena setalah ataupun sebelum al-Qur’an diturunkan, masih banyak terdapat kekerasan dalam rumah tangga ataupun terhadap pembantu.
Mukhtalan fakhuran. Kata mukhtalan yang artinya sombong, terambil dari kata yang sama dengan khayal. Karenanya, kata ini pada mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Kuda dinamai khail karena cara berjalannya mengesankan keangkuhan.
Kata fakhuran, yakni seringkali membanggakan diri. Memang, kedua kata mukhtal dan fakhur mengandung makna kesombongan, tetapi yang pertama kesombongan yang terlihat dalam tingkah laku sedang yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari ucapan-ucapannya.
Dalam ayat ini Allah mengajarkan kita:
1.Cinta kepada Allah Bukti cinta kepada Allah salah satu caranya adalah dengan menyembahnya dan jangan menyekutukannya dengan apapun dan siapapun, dan juga karena Allah itu tidak ada tandingannya. Menyembah Allahpun berbagai cara, di antaranya salat, puasa, dzkir, dan hal-hal yang lainnya yang kebanyakan bersifat sakral.
Kemudian timbul pertanyaan “Kenapa kita harus menyembah Allah?”
Di antara jawabannya adalah agar kita selamat dunia dan akhirat, agar kita dipelihara oleh Allah. Allah tidak boleh digambarkan, tidak boleh dimisalkan, tetapi kita sebagai umat Islam harus meyakini bahwa kita semua akan bertemu dengan Allah, hal tersebut merupakan puncak kenikmatan akhirat yang tiada taranya. Bersambung