Membangun Generasi Bermoral

Senin 03 Mei 2021, 07:00 WIB
Karikatur Bung Harmoko. (kartunis: poskota/arif's)

Karikatur Bung Harmoko. (kartunis: poskota/arif's)

Oleh Harmoko

SALING mencerca, menghujat, dan menghakimi yang bersifat pribadi acap dipertontonkan di ruang publik belakangan ini. Kesantunan, kesopanan dan keramahtamahan seolah sudah tercerabut dari akar budaya bangsa. Yang mencuat kekerasan verbal di media sosial, dengan beragam bentuknya.

Mulai terkikisnya kesantunan tak hanya di dunia maya. Di alam nyata pun terindikasi mulai gersangnya budi pekerti dan moral yang ditandai dengan maraknya pelecehan seksual, tindak kejahatan yang dilakukan anak di bawah umur, tak jarang masih berstatus pelajar.

Sering kita saksikan juga tawuran yang tak jarang hingga merenggut jiwa, sifat anarkis yang kian kentara, cepart marah, emosi meluap -luap dan maunya menang sendiri.

Kita tentu prihatin atas situasi ini, lebih-lebih jika perilaku negatif semacam ini berkembang menjadi budaya baru karena dianggap dapat mengangkat jati diri, sebagai bentuk eksistensi diri.

Ini yang perlu dicegah dengan mencari solusi dari akar masalah yang sebenarnya, yakni soal etik dan moral.

Seseorang melakukan perbuatan tidak bermoral karena moralitasnya rendah. Seseorang bertindak tidak etis, karena kurang memiliki etika.

Baca Juga:

Sementara kita tahu moralitas yang rendah disebabkan banyak faktor, di antaranya pendidikan budi pekerti, susila  dan moral di sekolah yang kurang efektif. Ke depan, pendidikan moral harus diselaraskan dengan kondisi zaman, disesuaikan dengan eranya.

Pendidikan moral semakin menjadi penting sebagai penyeimbang dengan semakin derasnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang membawa serta budaya asing, tetapi tak selamanya cocok dengan budaya kita.

Ini sejalan dengan tujuan pendidikan, yang tak sekadar membentuk anak didik yang cerdas dan memiliki keterampilan mumpuni, tetapi membentuk manusia yang bermoral dan berkepribadian luhur sesuai dengan karakter bangsa.

Pendidilam moral hendaknya dimulai sejak dini ( dari rumah), di sekolah formal ( SD hingga perguruan tinggi), dan lingkungan masyarakat.

Baca Juga:

Dulu kita mengenal mata pelajaran PMP ( Pendidikan Moral Pancasila) yang diajarkan sejak SD hingga bangku kuliah, yang belakangan dilebur dengan pendidikan kewarganegaraan dan seterusnya.

Tujuannya agar moralitas bangsa kita sebagaimana cerminan dari sikap dan perilaku yang senantiasa bersandarkan kepada dasar negara, nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945.

Nilai-nilai moral dimaksud, di antaranya kesopanan, kesantunan, keramahtamahan, saling menghargai, saling menyangi. Menjauhkan diri dari ucapan dan perbuatan yang cenderung mau menang sendiri, memaksakan kehendaknya.  Inilah moral bangsa Indonesia yang hendaknya teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia maya, lebih-lebih alam nyata.

Selain jalur pendidikan, keteladanan para orangtua, guru, tokoh masyarakat dan pejabat di semua tingkatan sangat dibutuhkan untuk membangun generasi bermoral.

Membangun karakter di era kini, bukan waktunya memaksakan doktrin, mengingat generasi sekarang lebih menghargai figur bukan karena pernyataannya, tetapi sosok perbuatannya. Satunya kata dengan perbuatan.

Mari kita bangun generasi bermoral, mulai dari kita sendiri. Dengan bermoral akan tercipta keharmonisan dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Tak ada intrik dan konflik, tiada lagi prasangka dan curiga, yang ada hanyalah adab kebaikan dan keluhuran budi sebagaimana tercermin lewat ucapan dan perbuatan. (*)

Berita Terkait

Kebijakan Berkelanjutan 

Kamis 06 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

Membangun Partisipasi

Senin 24 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

Bukan Ilmunya, Tapi Amalannya

Senin 31 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

“Ojo Waton Ngomong”

Senin 07 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

Satunya Kata dengan Perbuatan

Senin 14 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

Kopi Pagi: Memihak yang Lemah

Senin 21 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

Kerja Bersama Tanpa Curiga

Senin 28 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined
News Update