Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth. (foto: ist)

Jakarta

Anggota DPRD DKI Kenneth: Rumah Panggung Bukan Solusi Banjir

Jumat 30 Apr 2021, 20:42 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Permukiman warga di Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, kembali tergenang banjir setinggi kurang lebih 70 cm pada Kamis (29/4/2021) pagi. Banjir terjadi akibat luapan Kali Ciliwung setelah pada Rabu (28/4/2021) malam Bendungan Katulampa berstatus siaga tiga setelah diguyur hujan.

Pemprov DKI Jakarta pun berencana untuk membangun rumah panggung sebanyak 40 unit di daerah Kebon Pala. Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth menilai, pembangunan rumah panggung tidak perlu dilakukan dan sangat mubazir jika di daerah yang kerap langganan banjir itu.

Pria yang akrab disapa Kent itu menuturkan, Pemprov DKI Jakarta seharusnya memasang sheet pile di sepanjang jalur Kali Ciliwung secara integral serta merelokasi jika ada penduduk yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung.

"Kunci paling penting dalam pengendalian banjir di wilayah Kebon Pala adalah pemasangan sheet pile di wilayah bantaran Kali Ciliwung, jangan malah dibuatkan rumah panggung di sana," kata Kent dalam keterangannya, Jumat (30/4/2021).

Oleh karena itu, Kent meminta kepada Pemprov DKI Jakarta fokus untuk membebaskan tanah warga yang berada di bantaran kali, dengan memaksimalkan peran lurah sebagai corong untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang masih tinggal di bantaran Kali Ciliwung.

"Lurah setempat harus melakukan sosialisasi secara intens kepada warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, tentang bahaya banjir dan apa saja program Pemprov DKI dalam penanggulangannya, permasalahan yang selama ini terjadi di lapangan yang sering saya temui, bahwa kurangnya edukasi dan pengetahuan warga mengenai program Pemprov DKI tentang penanggulangan banjir," tutur Kent.

Politisi PDI Perjuangan itu melanjutkan, saat ini Pemprov DKI harus menyusun strategi untuk berkomunikasi dengan masyarakat agar menghasilkan solusi yang baik dalam penanganan banjir di wilayah tersebut.

"Harus disusun strategi komunikasi yang baik supaya tercapai win win solution, supaya masyarakat bisa memahami dan mau mengalah jika pembebasan lahan sudah dilaksanakan dengan tujuan menormalisasi bantaran Kali Ciliwung agar ke depannya tidak terjadi banjir terus menerus," sambungnya.

Selain itu, Kent menambahkan, Pemprov DKI juga harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait dengan penetapan lokasi, dan peta bidang rumah warga yang berada di bantaran Kali Ciliwung yang akan di bebaskan, supaya tidak salah lokasi pada saat pelaksanaannya, Pemprov DKI harus betul-betul menyadari bahwa di sini BPN punya peranan sangat penting dalam upaya mendukung program penanggulangan banjir ini.

"Kalau mau sukses tangani banjir, buang jauh-jauh ego sektoral, harus bisa membedakan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, jangan malah mendahulukan kepentingan pribadi dibanding kepentingan masyarakat. Pemprov DKI harus benar-benar serius dan realistis dalam membuat program penanganan banjir ini," tukasnya. 

Kent pun menilai, jika program Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan membuat rumah panggung di wilayah Kebon Pala, Jakarta Timur terkesan hanya untuk melarikan diri dari masalah yang sudah ada, bukan untuk menyelesaikan masalah.

"Program rumah panggung yang digagas oleh Pak Anies menurut saya itu hanya sebuah lelucon, itu hanya untuk menghindar dari masalah saja, Buktinya saja wilayah Kebon Pala dan rumah panggung tersebut masih kebanjiran kok? Pemimpin yang baik itu tidak akan lari masalah, hadapi masalah dan segera selesaikan," tegas Kent.

Menurutnya, air yang kerap melanda DKI Jakarta dan Kebon Pala merupakan air kiriman, karena memang kontur wilayah daratan kita yang di bawah dan dekat dengan laut, jadi mau tidak mau harus dipasang sheet pile diseluruh bantaran kali termasuk bantaran kali Ciliwung, supaya pada saat air kali meluap karena debit air yang tinggi bisa menahan luapan air, dan tidak tumpah ke jalan dan pemukiman warga.

"Dan juga harus menjalin komunikasi serta melibatkan sejumlah stakeholder terkait, salah satunya Markas Kopassus di daerah Cijantung, Pasar Rebo, karena memang letak Markas Kopassus tersebut dilewati juga oleh aliran Kali Ciliwung," tuturnya.

Menurutnya, DKI Jakarta itu kebanjiran karena rata-rata adanya air kiriman dan seharusnya Pemprov harus sensitif mengenai hal tersebut dan langsung action dengan membuat program secara realistis, holistik dan secara komprehensif. 

"Jika Pak Anies benar-benar mau menyelesaikan masalah banjir ini akan 1.000 cara untuk menyelesaikannya, dan jika Pak Anies memang tidak mempunyai niat, akan juga ada 1.000 alasan untuk menghindarinya. Jadi menurut kami, jika seorang pemimpin mempunyai nawaitu yang baik, saya yakin semuanya akan berakhir dengan baik, tetapi jika nawaitu-nya tidak baik ya tidak akan baik juga hasilnya," bebernya.

Kent pun kembali menegaskan, jika program rumah panggung tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan banjir di daerah Kampung Melayu secara menyeluruh.

"Gubernur tidak boleh lari dari masalah, harus bisa memberikan solusi yang baik dan tepat, bukan solusi yang bertele tele, janganlah mempolitisasi bencana banjir ini untuk keuntungan pribadi," pungkasnya.

Banjir yang terjadi pada Kamis (29/4/2021) kemarin tidak hanya menggenangi permukiman warga, proyek rumah panggung yang digagas oleh Pemprov DKI Jakarta bagi warga di permukiman ini juga ikut terendam.

Sejumlah material bangunan seperti kayu dan batu dari proyek pembangunan rumah panggung itu pun berserakan terbawa banjir. Tercatat, sepanjang 2021 daerah Kebon Pala ini sudah dilanda banjir lebih dari delapan kali. (*/ys)

Tags:
Anggota DPRD DKI JakartaHardiyanto KennethKampung Melayukebon palajakarta timurbanjirRumah Panggungposkota.co.idSolusi Banjir

Administrator

Reporter

Administrator

Editor