PONOROGO, POSKOTA.CO.ID – Dalam rangkaian safari Ramadhan di Ponorogo, Jawa Timur, Gubernur Anies Baswedan bercerita tentang asal-usul rumah joglo di kediamannya, di Lebakbulus, Jakarta Selatan.
Menurut Anies, rumah itu sudah berumur 300 tahun dari Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, model joglonya Satriyo Kinayungan dari Kraton Surokarto.
Heru Budi Santoso, Camat Jetis, Ponorogo, ikut mendampingi kunjungan Anies Tegalsari, Sabtu (24/04/2021). Menurut Heru, Anies menceritakan tentang rumah joglo itu di hadapan masyarakat Tegalsari dan keluarga besar ahli waris KH Muhammad Hasan Besari, yang merupakan pendiri ponpes dan Masjid Tegalsari.
Lantas, Camat Heru memberikan video yang berisi pertemuan tersebut, dan keterangan Anies tentang rumah joglo di kediamannya.
Gubernur DKI itu di dalam video bercerita, KH Hasan Besari dan ponpesnya itu telah melahirkan tokoh-tokoh hebat, seperti pujangga Kraton Surokarto, RNg Ronggowarsito, HOS Tjokroaminoto, Raja Selangor, dan lainnya.
Menurut Camat Heru, sebelum menceritakan hal itu, Anies datang Sabtu sore, diawali ziarah ke makam KH Hasan Besari, berbuka puasa bersama, tarawih, dan acara bersama keluarga besar ulama tersebut, bersama masyarakat setempat.
“Saya datang ke sini untuk silaturahmi, niat sudah lama, 10 tahunan. Tapi karena tugas dan tanggung jawab belum kesampaian. Baru sore ini, bisa kesampaian. Rasanya seperti masuk rumah keluarga sendiri,” kata Anies dalam video.
Pada acara malam itu, ia lantas, menyatakan lapor, bahwa rumah joglonya di kediamannya di Lebakbulus, ternyata berasal dari Tegalsari, Jetis, Ponorogo. “Saya tiak pernah mencari, tidak pernah membeli,” katanya.
Jadi ceritanya, bulan April 2009, Anies mencari tanah untuk tempat tinggal, sebab waktu itu masih mengontrak. Lantas mendapat informasi dari tetangga saat Jumatan, ada tanah di Lebakbulus. Lokasinya di masuk ke dalam, di lingkungan padat.
Ternyata tanahnya tanah luas, ia lantas berpikir bagus kalau didirikan rumah joglo yang bisa untuk berkumpul dan kegiatan warga, mengingat di lingkungan padat itu tidak ada tempat untuk kumpul atau acara pertemua bersama.
“Lalu, saya telpon teman sekolah saya di Jogja, Namanya Danang, karena dia pengusaha sering berurusan rumah joglo. Danang menjawab, wis tak cepakke, wis ono barange (sudah saya siapkan, sudah ada barangnya),” kata Anies menirukan temannya dengan setengah heran, kok sudah disiapakan, padahal tidak pernah memesan sebelumnya.
Danang lantas mengungkap, joglo itu dari Ponorgo. Dan bercerita panjang lebar asal usulnya, yakni dari Tegalsari.
“Ya sudah oke. Jadi saya setuju menerima, padahal belum lihat joglonya. Danang lalu bawa foto, masih jamuran, belum dipasang, kayu-kayu dalam bentuk rumah terbongkar semua,” ujar Anies.
Anies menuturkan kembali yang diceritakan Danang. Ceritanya, joglo tersebut dari Tegalsari, dari kawasan KH Hasan Besari.
Sebetulnya, dulunya Danang mencari kayu untuk furniture meja kursi, bukan untuk joglo. Tapi, malah mendapat kayu besar-besar bekas rumah yang sudah dibongkar (knock down).
Saat itu, pada 2007, Danang mencarinya di Tegalsari, dan ditemani warga setempat, Namanya, Pak Rusdi.
“Ternyata kata Danang, jenis joglo Satriyo Kinayungan Kraton Solo. Danang heran, kok ada jenis itu. Maka, ditelesik, kok bisa joglo ada joglo Kraton Solo di Ponorogo, joglonya bukan joglo Ponorogo,” ujar Anies.
Joglo gagrag (gaya) Satriyo Kinayungan khas dari kawasan kraton Surokarto (Solo). “Tandanya ada blandar gantung. Itu yang dilihat Danang,” katanya.
Danang memutuskan untuk melihat secara detil. Dan ternyata joglo itu punya crita panjang, umurnya 300 tahun.
“Tapi Danang hanya menyimpannya, tidak untuk tidak diperjualbelikan, Danang memutuskan, joglonya buat Anies wae,” katanya, padahal waktu itu belum ada urusan itu dengannya.
Danang, menurut Anies, waktu itu dalam hati berkata, kalau berjodoh dengan Anies, pasti datang sendiri orangnya, kalau tidak jodoh ya sudah disimpan saja.
Jadi, lanjutnya, kalau dihitung dari dia menelpon Danang, itu berarti rumah joglo sudah disimpan selama dua tahun. “Saya telepon 2009, dia menyimpan 2007,” kata Anies.
Danang menyimpan 2 tahun, tidak pernah ditawarkan. Menurut Danang, kalau ditawarkan seandainya Anies tidak mau, menolaknya tidak enak. Kalau diterima, nggak ikhlas.
Makanya, dia menyatakan itu, kalau memang berjodoh, pasti Anies datang, meski tidak ada pemberitahuan apalagi transaksi.
Tetapi, Danang tidak mau diganti dalam arti seperti jual beli, maunya disebut sebagai mahar.
“Jadi mahar ini adalah titipan. Ini merasa ditakdirkan untuk memelihara, sedang mencari kayu untuk meja kursi malah ketemu rumah joglo bersejarah ratusan tahun, lalu berikutnya ditipkan ke saya,” ujar Anies.
Mantan Ketua HMI itu menuturkan, waktu itu tahun 2009, dirinya bukan Menteri, dan bukan Gubernur. “Kula boten sinten-sinten (bukan siapa-siapa), hanya temannya Danang saja,” ungkapnya.
Karena Danang merasa mendapat titipan, maka Anies pun berupaya merawat baik-baik, sejak 2013 sudah rampung berdiri dengan segala restorasinya.
“Jadi, saya lapor kepada keluarga besar di Tegalsari sini, bahwa joglo itu Insya Allah kita rawat sebaik2nya. Dan diteruskan untuk tempat yang maslahat untuk orang banyak.”
Rumah joglo itu terbuka untuk warga sekitar, dibuat tidak berpagar, siapa saja boleh masuk dan berkaktivitas.
“Dipakai semua kegiatan, mulai dari majlis taklim rutin hingga pemerikasaan kesehatan, Posyandu, bimbingan belajar di situ.”
Bahkan, lanjutnya, kalau ada yang tetangga mau mantu, acaa resepsinya juga di situ, karena di pemukiman padat Lebakbulus tidak ada tempat yang luas. “Di depannya dipasang tarub, warga bisa resepsi di situ,” ungkapnya. (win)