ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Curhat kan biasanya mendatangi orang yang mau dicurhati. Tapi Ngadiman justru mendatangi sendiri ke orang yang mau curhat. Di kala Sukir tak di rumah, motivator amatiran itu menyelinap ke rumah Darsih. Ketika bini Sukir itu sudah selesai berkeluh kesah, mulailah dia bicara pada Darsih selaku sahabat super. “Suami istri itu harus bahu membahu menyelesaikan persoalan rumahtangga, jangan saling menyalahkan.
Makin tinggi pohon makin banyak anginnya, dan Darsih-Sukir harus tahan banting akibat serangan angin. Itu......!” kata Ngadiman lagaknya macam Mario Teguh saja.
Paling unik, curhat itu disampaikan Darsih bukan di ruang tamu, tapi justru di kamarnya.
Bagaimana orang tak curiga dan berpikiran macam-macam? Bagi Ngadiman yang jadi seniman, langsung ditarik ke ranjang dalam rangka curhat bentuk lain.
Entah curhat ke berapa, dari luar kamar Sukir mendengar kata Ngadiman begini, “Mengko wek-aku tak lebokake wek-amu ya....” Tentu saja suami Darsih terkesiap dan marah. Apa pula ini kok ada dialog punyaku tak masukkan punyamu, segala?
Dia dobrak pintu dan Ngadiman yang berada di kamar itu langsung kabur ke lantai II dan kabur lewat genting tetangga.
Sukir pun menginterogasi istri, apa itu yang mau dimasuk-masukkan? Padahal kata Darsih, wek-amu dan wek-amu itu aslinya adalah WA-ku dan WA-mu alias whatshap. Tapi karena sudah kadung emosi, Sukir tak peduli lagi.
Meski sahabat, jika sudah berani masuk teritorial peranjangan harus ditindak tegas tapi terukur, meski nggak bawa meteran.
Benar saja, pas ketemu dijalan Ngadiman langsung dianiaya Sukir dan temannya pakai senjata tajam. Dalam kondisi mandi darah dan luka dia lalu dilempar ke tepi kali Plumbon daerah Wonosari.
Untung saja Ngadiman berhasil ditolong orang dan dilarikan ke RS sementara Sukir dan temannya ditangkap. Kalau mbuangnya di tepinya sungai Serayu, bisa jadi lagu kroncong. (Merapi/Gunarso TS)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT