BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Berbicara soal keberadaan masjid bersejarah di Bekasi, yang satu ini tidak boleh ketinggalan. Ia adalah Masjid Jami At-Taqwa Ujung Harapan.
Masjid yang berdiri megah di Jalan KH Noer Ali, Desa Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi memiliki sejarah perjuangan Indonesia yang terukir dalam bangunan seluas sekira 5.000 meter persegi ini.
Masjid Jami At-Taqwa Ujung Harapan, menjadi simbol perjuangan KH Noer Alie lantaran sosoknya menjadi pahlawan nasional atas perjuangannya melawan penjajah Belanda maupun Jepang.
Putra asli kelahiran Bekasi pada 15 Juli 1914 dan wafat pada 29 Januari 1992 ini tak hanya dikenal sebagai sosok pahlawan nasional, beliau juga tersohor sebagai seorang mubalig dengan julukan Singa Karawang-Bekasi.
Selepas kepulangan KH Noer Alie dari menuntut ilmu di Makkah pada 1940 silam. Beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa.
Sekjen Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taqwa, Ustaz Anis Abdul Quddus mengatakan, KH Noer Ali yang merupakan anak dari pasangan H Anwar bin Layu dan Hj Maemunah itu memiliki prinsip yakni, pondok pesantren atau sekolah merupakan ladang mencari ilmu sedangkan masjid menjadi lumbung praktik dari ilmu yang dipelajarinya tersebut.
Dengan demikian pendirian pesantren tersebut bersamaan dengan pendirian Masjid At-Taqwa Ujung Harapan.
"Al-Magfurlah KH Noer Alie memang seperti itu, pola pikirnya itu ketika bangun masjid harus dilanjut dengan sekolahnya, sebaliknya ketika bangun sekolah juga harus ada masjid," kata Abdul, kepada wartawan, Kamis (22/4/2021).
Ustaz Abdul yang merupakan cucu dari KH Noer Alie itu menjelaskan keberadaan Masjid Jami At-Taqwa Ujung Harapan serta Ponpes At-Taqwa menjadi pusat dalam mempelajari agama islam dan perjuangan para santri dalam mempejuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pasalnya, keberadaannya menjadi simbol perjuangan ketika melawan penjajah. Sebab, kala itu para santrinya diikutsertakan untuk membantu perjuangan Bangsa Indonesia dalam melawan para penjajah.
"Memang lokasi ini menjadi titik kumpul kekuatan, mulai dari mengatur strategi serta gerakan saat perang melawan penjajah," ungkap Abdul.
Setelah situasi Indonesia sudah aman dan kondusif, kata Abdul, beliau kembali fokus mengembangkan lembaga pendidikannya dan para santri kembali melanjutkan belajar menuntut ilmunya.
Masjid Jami At-Taqwa Ujung Harapan ini tak hanya menjadi pusat pembelajaran bagi santri. Akan tetapi, juga menjadi keilmuan bagi masyarakat sekitar lantaran ketokohan dari KH Noer Ali sudah begitu melekat sebagai guru besar khususnya masyarakat muslim yang berada di wilayah Bekasi.
Awal pendiriannya masjid ini tampak biasa saja. Namun, setelah mengalami pemugaran atau renovasi besar-besaran sebanyak dua kali, penampakan masjid yang berada di area pesantren yang memiliki luas 13 hektare tersebut kini terlihat megah dengan ornamen khas pilar-pilar besar layaknya masjid di wilayah timur tengah.
Abdul menuturkan, area pesantren ini mempunyai tanah yang berstatus tanah wakaf dan bersertifikat wakaf yang kini kurang lebih seluas 130.000 meter persegi.
Menurutnya, kawasan pondok pesentren At-Taqwa menjadi tenar dengan julukan kota santri lantaran para santrinya didominasi oleh warga sekitar. Keberadaannya juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan menjadi pusat budaya, sejarah maupun pendidikan agama Islam.
Apalagi, lanjut dia, makam KH Noer Alie masih berada pada satu komplek pesantren tersebut yang kini menjadi wisata religi untuk berziarah.