"Kami pilah dengan hati-hati, fokus penyaluran kredit di korporasi dan komersial akan lebih banyak di proyek pemerintah, BUMN karya dan infrastruktur. Ke depan, hal ini masih terus kami tumbuhkan tanpa meninggalkan captive market kami di segmen consumer. Begitu pula halnya dengan UMKM yang terus kami kembangkan melalui berbagai produk kredit UMKM Bank BJB," ungkapnya.
Dalam webinar tersebut, perjalanan Bank BJB sejak awal berdirinya di 1961 dibahas secara singkat. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk adalah BPD pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2010, dengan kode emiten BJBR.
"Bermodalkan IPO tersebut, kami saat ini memiliki aset sebesar Rp140,9 Triliun dengan jaringan tersebar di 14 provinsi di seluruh Indonesia," ungkapnya.
Pada saat IPO, Nia mengatakan, Bank BJB melepas 25% sahamnya pada publik dengan harga penerbitan Rp600 rupiah dan nilai nominal 250 serta total nilai emisi Rp1,45 triliun. Saat ini, komposisi kepemilikan Bank BJB adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat 38,18%, Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat 24,03%, Provinsi Banten 5,29%, Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 7,87%, dan publik 24,64%. (toga)