Jabatan tak perlu dicari – cari. Sebab, semakin dicari akan semakin besar kehendak yang diingini. Lazimnya orang mencari, sudah dapat yang kecil, ingin yang lebih besar lagi, begitu seterusnya.
Sudah jadi bupati, ingin gubernur. Sudah gubernur ingin menteri. Untuk melanggengkan kekuasaan dengan menampilkan istri, anak, mantu dan keponakan.
Berburu jabatan dan kekuasaan sah – sah saja, tanpa ada larangan. Yang tidak dibenarkan jika dilakukan dengan kecurangan, menabrak aturan serta memaksakan kehendak dengan menghalalkan segala cara. Cara seperti ini tak sesuai alam demokrasi kita, tak selaras dengan falsafat hidup bangsa kita, Pancasila.
Para elite negeri ini hendaknya memberi keteladanan. Tak perlu ngotot berburu jabatan dan kekuasaan karena diyakini keduanya akan datang sendiri selagi memenuhi kualifikasi, apalagi menyimpan banyak potensi.
Kalau pun harus berkompetisi bukan dengan saling menjatuhkan, tetapi lebih kepada mengembangkan kreasi dan inovasi untuk meningkatkan kualitas diri. Tak hanya skill dan keahlian, juga kian menguatkan jati dirinya sebagai anak negeri yang profesional dengan tetap menjunjung tinggi integritas moral.
Sejalan dengan pesan moral ” Maju tanpa menyingkirkan, naik tinggi tanpa menjatuhkan. Menjadi baik, tanpa menjelekkan. Benar, tanpa menyalahkan orang lain” (*)