Ahmad menyebut, Mohammad Natsir sempat ditembaki oleh VOC Belanda di Masjid Jami Al Muttaqin. Sayangnya, sejarah itu tidak terabadikan karena tembok masjid bekas peluru sudah dibangun ulang.
"Yang saya tahu tembok masjid itu bolong-bolong bekas peluru dari Belanda yang menembaki Natsir. Sementara bada Natsir tidak apa-apa. Sayangnya tidak dilestarikan," terangnya.
Bukan tanpa sebab, Ahmad menuturkan, Masjid Jami Al Muttaqin sudah tiga kali dalam renovasi pembangunan. Mulanya hanya bangunan satu lantai.
"Terakhir dibangun itu tahun 1983 menjadi bangunan dua lantai hingga sekarang. Dulu satu lantai, tiangnya juga dari kayu saat saya masih kecil," tuturnya.
Kini, Ahmad menyebut, Masjid Jami Al Muttaqin memiliki luas 500 meter persegi. Bangunan masjid juga terlihat memiliki warna yang beragam, mulai dari cream, coklat hingga abu-abu.
Tampak luar masjid juga terlihat banyak ornamen-ornamen lafadz Allah yang mempercantik keindahan.
Di sisi dalam, tidak ketinggalan banyak kaligrafi tulisan arab yang menghiasi dinding-dinding masjid. Selain itu, masjid ini memiliki menara setinggi 22 meter. "Menara masjid sekitar 22 meter tingginya. Dulunya pendek, di renovasi menjadi tinggi lagi," sebutnya.
KEGIATAN TADARUSAN
Meski di tengah pandemi Covid-19, Masjid Jami Al Muttaqin tetap menggelar kegiatan seperti tadarusan, tarawih hingga pengajian selepas subuh.
"Kita tidak mengurangi kegiatan yang sudah dijalankan seperti tadarusan, pengajian selepas subuh dan tarawih," tandasnya.
Kendati demikian, Ahmad menyebut, pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menyediakan tempat cuci tangan di masjid. "Protokol kesehatan tetap dijaga dari mulai jaga jarak dan lainnya," imbuhnya.