Keberagaman Tak Perlu Dipersoalkan

Kamis 15 Apr 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Kopi Pagi Keberagaman Tak Perlu Dipersoalkan. (arief)

Ilustrasi Kopi Pagi Keberagaman Tak Perlu Dipersoalkan. (arief)

Oleh: Harmoko

SUDAH sering dikatakan, keberagaman atau kemajemukan selain telah menjadi karakteristik masyarakat kita, juga sebagai penguat persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai aset bangsa dan negara, kemajemukan hendaknya tetap terpelihara, jangan sampai terkoyak karena kepentingan seseorang atau sekelompok orang.

Sejarah membuktikan bahwa negeri ini merdeka, terbentuk karena bersatunya seluruh komponen bangsa tanpa mempersoalkan latar belakang agama, suku, daerah, golongan, adat dan budaya serta status sosial ekonominya.

Wujud mengkristalnya beraneka ragam corak adat dan budaya bangsa menjadi kesatuan yang utuh dan serasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ini hendaknya makin meningkatkan pemahaman bahwa keberagaman bangsa kita sebuah keniscayaan yang tak perlu lagi diperdebatkan, apalagi dipertentangkan.

Keberagamaan hendaknya kita maknai sebagai berkah, bukan dijadikan pemicu masalah. Keberagamaan ini sebuah kekayaan tak ternilai harganya, di mana dunia telah mengakuinya.

Negeri kita memiliki keunikan karena terdapat lebih dari 1.300  suku dan etnik serta lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar di 17.500 kepulauan dari Sabang hingga Merauke. Itulah kekayaan akan keberagaman adat dan budaya yang tak hanya mampu menyatukan bangsa, tetapi kian memperkokoh identitas nasionalnya sebagai negara kesatuan.

Kita sebagai bagian dari anak bangsa, sudah sepantasnya tidak silau, tidak tergoda dengan kian merebaknya asupan budaya asing serba instan. Ini bukan lantas menistakan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Era digital harus kita hadapi dan manfaatkan untuk memperkuat jati diri bangsa, bukan untuk melemahkan, apalagi meminggirkan.

Itulah sebabnya mengedukasi kepada generasi digital menjadi sangat penting, mengingat ancaman persatuan dan kesatuan saat ini bukan lagi bersifat fisik, tetapi lebih kepada ideologis seperti intoleransi, radikalisme dan terorisme dalam arti luas.

Tantangan nyata di depan mata adalah merebaknya narasi yang mempertontonkan eksistensi, tetapi kadang jauh dari jati diri sehingga menyimpan embrio intolerasi.

Berita Terkait

Berburu Jabatan

Kamis 22 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Hidup Sak Madyo

Kamis 29 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Kebijakan Berkelanjutan 

Kamis 06 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

Maaf Tak Sebatas Ucapan

Senin 17 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

Bangkit dari Zona Nyaman

Kamis 20 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

Membangun Partisipasi

Senin 24 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined
News Update