MAKASAR - Upaya mengatasi banjir yang kerap menerjang pemukiman warga di Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, masih terkendala.
Pasalnya, proses pembebasan bidang untuk normalisasi Kali Sunter di wilayah RW 04, masih berjalan sehingga pengerjaan belum bisa dilakukan.
Ketua RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu, Irwan Kurniadi mengatakan, dari total 13 bidang warganya yang terdampak proyek normalisasi baru enam bidang dibayarkan. Akibat hal itulah yang membuat proses normalisasi belum bisa berjalan.
"Proses pembebasan belum selesai. Masih belum selesai karena administrasi surat tanahnya belum lengkap," katanya, Kamis (15/4).
Kelengkapan administrasi itu, kata Irwan, adalah surat kepemilikan bidang tanah untuk diajukan ke Pemprov DKI Jakarta selaku pihak yang membayarkan ganti rugi.
Pasalnya, dengan normalisasi Kali Sunter ini diharapkan mampu menyelesaikan masalah banjir di permukiman warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu. "Warga juga berharap normalisasi segera dilakukan agar tak ada lagi banjir," ujarnya.
Akibat normalisasi yang belum terlaksana, banjir pun kembali merendam permukiman warga RW 04 terjadi pada Rabu (14/4) malam dengan ketinggian berkisar satu meter imbas meluapnya Kali Sunter.
Meski tak berlangsung lama, dimana air menjelang pagi sudah mulai surut, namun hal itu dikeluhkan warga. "Ya pada bilang begitu dah, lagi puasa eh malah banjir datang," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, pemukiman warga di RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, kembali diterjang banjir.
Air luapan kali Sunter itu pun mulai masuk ke pemikiman warga menjelang menjelang tengah malam dan terus naik hingga ketinggian mencapai 1 meter.
Yati, 41, warga setempat mengatakan, banjir luapan Kali Sunter imbas hujan deras mulai menjamah permukiman warga sekira pukul 21.00 dan terus meninggi hingga tengah malam.
Bahkan rumah yang ada di bantaran kali pun sudah tergenang air dengan ketinggian 1 meter. "Airnya naik cepat, cepat banget. Kalau selama tahun 2021 ini sudah ada tiga sampai empat kali kebanjiran lah," katanya, Rabu (14/04/2021).
Karena tingginya air, kata Yati, ia pun harus dengan segera menaikan barang-barang berharganya ke lantai dua rumah. Akibatnya, untuk sahur kali inipun ia harus ditemani genangan air.
"Ya sahur hari ketiga bareng air, soalnya air langsung masuk ke rumah semua. Cuma karena ini puasa jadinya nggak mengungsi dulu, takut malah repot," ujarnya. (Ifand)