Marullah Matali. (foto: ist)

Opini

Untung Ada Ramadan

Selasa 13 Apr 2021, 08:00 WIB

Oleh: Sekretaris Daerah DKI Marullah Matali

SELALU saja Ramadan menyisakan cerita dan harapan tersendiri bagi masyarakat Jakarta. Heterogenitas masyarakatnya telah menempatkan bulan puasa sebagai dinamika yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas tahunannya. Antara gembira dan cemas, antara harapan dan gelisah, antara suka dan duka dan seterusnya.

Bulan puasa yang ditandai dengan aktivitas keramaian dari berbagai sisi kehidupan, telah menciptakan dinamika yang tidak terhingga. Tidak terhitung jumlah partisipannya. Semua toko menyiapkan stoknya, semua tokoh juga menyiapkan pemantesnya, pasar bersolek, kampung bersinar. 

Masing-masing bergembira dengan caranya sendiri-sendiri. Pedagang gembira dengan akan banyaknya pelanggan.

Petani bergembira dengan adanya panen yang diserap langsung pasar. Pegawai dengan THR-nya. Ahli ibadah dengan ramainya tempat-tempat ibadah mereka. Bahkan, orang yang jarang berdagang -bahkan tak pernah jualan-, bisa menjadi pedagang dadakan; namun bisa dapat keuntungan yang banyak. 

Di mana-mana orang mengejar keuntungan. Yang jarang ibadah pun (bisa) tanpa malu-malu memulai ibadah, karena semua orang mulai mengenakan sarungnya, pecinya, baju kokonya dan lain sebagainya. Inilah semarak Ramadan.

Tukang kolak silakan berdagang. Bahkan, yang amatir pun laku dagangannya. Sebut saja, makanan apa yang tidak laku di saat takjil dan berbuka puasa. Semua merasa ingin dimakan dan semua merasa seperti ingin dibeli. Saatnya meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. 

Jika di luar Ramadan, jangankan salat 23 rakaat atau 11 rakaat, terkadang 4 rakaat saja sudah merasa malas. Bulan ini semua berlomba sebanyak-banyaknya. Maka semua masjid dan musala ramai dengan pelaksanaan ibadah (tarawih). Tidak ada yang mengeluh. Tidak ada yang menawar. Tidak ada yang terpaksa. Tidak ada juga yang memaksa. Semuanya seperti berjalan dengan antusiasme yang tinggi dan semangat yang menyala-nyala. Itulah Ramadan.

Untung ada Ramadan. Semua profesi menjadi terangkat citranya. Yang amatir menjadi kelihatan seperti profesional. Apalagi yang profesional. Inilah yang dinamakan karunia dan kasih sayang (Grace). Semua bisa memanfaatkan sesuai dengan porsinya masing-masing. Namun yang mendapat karunia tertinggi adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah sebagaimana diungkapkan Allah bahwa puasa ini endingnya adalah TAQWA. Semoga ....

Tags:
Marullah MataliramadanCahaya RamadanUntung Ada Ramadan

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor