Oleh : Sekretaris Daerah DKI Marullah Matali
PERUT manusia seperti lautan. Apa saja yang bisa melewati mulut dipastikan sampai ke perut. Hampir tidak ada filter.
Semuanya dikendalikan dengan apa yang dinamakan sebagai nafsu. Nafsu dan ambisi telah memasukkan segalanya ke dalam “lautan” perut. Dengan nafsu ini juga, manusia ingin menguasai segalanya dan memakan segalanya.
Sudah bisa dipastikan akibatnya justru buruk bagi tubuh manusia itu sendiri. Maka pengendalian nafsu tersebut menjadi penting.
Pengedalian yang bijak dapat mengatur nafsu sehingga tidak menjadi seperti nafsu binatang.
Nafsu manusia yang terkendali hanya mengunyah saat merasa ia lapar, itupun harus menyebut dan memuji Tuhannya, dan cepat berhenti sebelum merasa kenyang, kemudian memuji lagi nama Tuhannya.
Apabila terpaksa harus menambah keinginannya maka yang paling bijak baginya membagi celah perut besarnya menjadi 3 (tiga) bahagian, yakni sepertiganya diisi makanan, sepertiga lagi diisi minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas. Itulah petunjuk agama.
Saat puasa, siklus perut sedikit diistirahatkan untuk memberikan kesempatan memperbaiki sel-sel nya yang terganggu. Maka berpuasa itu, menyebabkan seseorang dapat menjadi sehat.