Hadiri Acara FKUB Banten, Kapolda Sebut Pemuka Agama di Desa Adalah Jembatan Strategis Atasi Masalah Perbedaan

Rabu 07 Apr 2021, 19:27 WIB
Kapolda Banten, Irjen Pol Rudy Heriyanto .(Ist)

Kapolda Banten, Irjen Pol Rudy Heriyanto .(Ist)

SERANG, POSKOTA.CO.ID – Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto mengatakan pemuka agama di desa yang ada di Provinsi Banten adalah jembatan strategis dalam mendekati dan menemukan solusi bagi persoalan-persoalan berbasis perbedaan.

Dengan peran pemuka agama di desa, kata Kapolda Banten, eksplosivitas permasalahan dapat dicegah secara efektif.

"Jadi, keberadaan pemuka agama di desa-desa itu bagi Polri adalah partner penting dan strategis," ujar Kapolda Banten, Irjen Pol Rudy Heriyanto saat menjadi pembicara dalam acara sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama tentang Kerukunan Umat Beragama, Rabu (7/4/2021).

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi Banten di Hotel Le-Semar tersebut dihadiri 60 penyuluh agama yaitu 15 dari agama Islam, lima dari Khong Hu Cu, dan masing-masing 10 orang dari Hindu, Budha, Kristen, dan Katolik.

Peserta lainnya adalah penyuluh agama mengikuti secara zooming dari desa-desa di enam wilayah hukum Polres dalam jajaran Polda Banten.

Acara yang dibuka oleh Ketua Umum MUI dan FKUB Provinsi Banten H. Dr. A.M. Romly didampingi Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten, Nanang Fathcurachman itu, secara keseluruhan diikuti 1.000 penyuluh agama secara zooming dari desa-desa di Provinsi Banten.

Agama, kata Rudy, melekat sebagai pembimbing dan pengendali agar manusia menjalani hidup terarah, terkendali, dan  terbimbing kearah kebaikan dan kebenaran dalam bermasyarakat dan bernegara yang berlandaskan Pancasila. Provinsi Banten, kata Kapolda Banten, adalah bagian dari bangsa Indonesia yang majemuk.

Istimewanya daerah ini, ucap Jenderal bintang dua, meskipun mayoritas warganya memeluk agama Islam, kehidupan bersama, berdampingan, dan saling menghormati di antara  sesama pemeluk agama lainnya, sudah berlangsung sejak lama.

"Sejarah mencatat hal itu. Sudah sejak lama Banten berada dalam pergaulan antarbanga sebagai bandar perdagangan rempah seperti lada," jelas Rudy.

Paska Indonesia merdeka dan hingga kini, kata Rudy,  kenyataan itu terus berlanjut dan berkembang.

Rudy meyakini kenyataan semacam itu, tidak lepas dari peran para ulama desa, penyuluh agama, dan guru-guru agama yang tersebar dan melekat dalam kehidupan masyarakat Banten. Penerimaan kaum agamawan yang luwes itu di Banten sudah mengkultur.  

Berita Terkait

News Update