Ida Farida, Kepsek SDN Tanjung Ilir, Kecamatan Taktakan yang harus memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal internet. (luthfi)

Regional

Curhat Guru di Taktakan Serang Selama Belajar Daring, Terpaksa Panjat Pohon untuk Dapat Sinyal 

Rabu 07 Apr 2021, 16:36 WIB

SERANG, POSKOTA.CO.ID - Pembelajaran dalam jaringan (daring) yang sudah dilakukan selama satu tahun terakhir masih menemukan berbagai persoalan.

Terlebih bagi mereka yang mengajar di pedalaman dan pegunungan. Kendala susah sinyal masih menjadi faktor utama yang menghambat proses pembelajaran daring.

Sebagai alternatifnya, mereka menggunakan metode pembelajaran di Luar Jaringan (Luring).

Dengan segala keterbatasannya, pembelajaran Luring juga hanya bisa dilakukan dengan pemberian tugas, untuk kemudian di hari yang sama atau keesokan harinya dikumpulkan.

Ida Farida contohnya. Seorang pengajar yang juga Kepala Sekolah (Kepsek) di SDN Tanjung Ilir, Kecamatan Taktakan yang lokasinya berada di pedalaman atas gunung.

Ia pun mengaku metode pembelajaran yang sering dilakukan adalah Luring serta mengumpulkan siswa dalam skala terbatas.

Kedua metode itu ia lakukan, karena untuk menerapkan pembelajaran daring infrastruktur di sekolahnya tidak memungkinkan.

"Kalau daring itu kami terkendala sinyal, susah banget di sini. Bahkan kadang ada, kadang tidak. Kalau mau dapet sinyal harus naik pohon dulu. Makanya kalau pembelajaran daring sering terputus, tidak kondusif," ceritanya, Rabu (7/4/2021).

Selain itu, lanjut Ida, sebagian besar siswanya tidak memiliki gadget sebagai media pembelajaran. Dari total siswa yang ada di sini 109 hanya 8 siswa yang mempunyai gadget.

"Selebihnya tidak punya. Kalaupun ada punya orangtuanya atau saudaranya, yang ketika pembelajaran daring atau luring berlangsung, hp itu dibawa kerja ama yang punya," jelasnya.

Hal yang sama juga dialami Kepsek SDN Sayar, Nina Rostiana. Letak sekolahnya yang berada tepat di atas gunung, persoalan jaringan sinyal menjadi kendala utama dalam melaksanakan pembelajaran daring.

"Selain itu juga banyak siswa yang tidak mempunyai hp. Dari total 265 siswa, hanya 25 persen saja yang mempunyai hp, selebihnya tidak punya," katanya.

Untuk mengantisipasi efektivitas belajar itu, lanjut Ina, pihaknya melakukan metode pembelajaran home visit dengan pembelajaran kelompok terbatas antara 3-5 siswa dalam satu kelompoknya.

"Meskipun home visit, tapi Prokes tetap menjadi hal yang prioritas kami utamakan," ungkapnya.

Hal itu dilakukan Ina, mengingat materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa itu harus benar-benar bisa dipahami.

"Makanya kami kelompokkan, antara yang sudah bisa membaca dan belum. Supaya materi pembelajaran yang disampaikannya bisa maksimal," ucapnya.

Lain halnya dengan Inah Hermina Plt. Kepsek SDN Drangong 1. Persoalan jaringan tidak menjadi hambatan bagi Inah untuk menjalankan pembelajaran daring.

Tags:
belajar-daringLuringsusah sinyal

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor