Pakar: Belanja APBN Jadi Kunci Penyelamatan Ekonomi Indonesia di 2021

Selasa 16 Mar 2021, 15:13 WIB
ektor Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan, Mukkhaer Pakkana.(Ist)

ektor Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan, Mukkhaer Pakkana.(Ist)

Namun ia menekankan perlunya pemerintah terus memperkuat daya beli masyarakat kelas menengah bawah, dan mendorong peningkatan tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah atas.

Kebangkitan Ekonomi

Senada dengan Mukhaer, ekonomi Universitas Nasional Prof. Dr. I Made Adnyana, S.E., M.M. mengakui belanja pemerintah telah berperan besar dalam menyelamatkan ekonomi Indonesia agar tidak masuk ke jurang depresi ekonomi sepanjang masa pandemi 2020.

Ia bersyukur karena hampir semua  lembaga riset dunia memprediksi pada 2021 perekonomian global akan “kembali normal” dan akan tumbuh positif, sehingga memberikan peluang pada kebangkitan ekonomi Indonesia.

Baca juga: DPR Setujui APBN 2021, Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional Dipatok 5%

Namun berharap pada pemulihan ekspor, menurut Adnyana, tidak akan mudah bagi Indonesia. Adnyana lebih menyarankan pemerintah untuk lebih fokus pada penanggulangan pandemi (kesehatan) dan melindungi sisi permintaan konsumsi masyarakat agar bisa menjadi pendorong kebangkitan ekonomi nasional.

“Kebangkitan ekonomi dimulai dari sektor padat karya dengan melibatkan seluruh kekuatan, dari badan usaha, kementerian, dan lembaga, hingga pemerintah daerah dan perangkat desa,” tutur Adnyana.

Sedangkan Soleh Rusyadi Maryam dari Sucofindo berpendapat, peluang memperbaiki neraca perdagangan Indonesia melalui peningkatan ekspor masih terbuka di 2021 meskipun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, karena ekonomi global baru pada tahap pemulihan.

Kuncinya, lanjut  Soleh, tingkatkan pertumbuhan ekspor produk/komoditas andalan, diversifikasi dan hilirisasi produk ekspor, perluasan negara tujuan ekspor, dan fokus destinasi dengan negara-negara dengan GDP terbesar atau negara-nagara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi.

Baca juga: DPR: RUU APBN 2021 Fokus Atasi Covid-19 dan Dampaknya

“Untuk menjaga neraca perdagangan, tampaknya lebih mudah dilakukan dengan menekan impor barang konsumtif, mengendalikan barang intermediate, dan mengutamakan impor barang modal,” tutur Soleh.(tri)

Berita Terkait
News Update