SERANG, POSKOTA.CO.ID - Petani Jagung di kecamatan Cipocok mengeluhkan mahalnya harga pupuk di pasaran. Padahal harga pupuk itu sudah termasuk bersubsidi dari pemerintah.
Keluhan itu dikatakan oleh Ketua kelompok tani jabon adiasa mandiri, Danya seusai melakukan panen jagung bersama Danramil Cipocok Jaya, di Kelurahan Banjar Agung, Kecamatan Cipocok Kota Serang, Senin (15/3/2021).
Danya mengaku harga pupuk bersubsidi di pasaran sekarang sudah mencapai Rp600 ribu untuk 50 kg.
Padahal dalam kondisi normal sebelumnya hanya Rp180 ribu untuk 50 kg.
“Kami terteter karena persoalan harga pupuk yang terlampau mahal ini. Biasanya kami menggunakan 4-5 karung, sekarang hanya di atas 1 karung ukuran 50 kg untuk luas lahan 1 hektar,” katanya.
Danya hanya bisa berharap pemrintah bisa ikut memperhatikan persoalan harga pupuk ini.
Sebab jika tetap tinggi, maka bisa dipastikan hasil panen para petani akan anjlok, karena kurang pupuk.
Baca juga: Meningkatkan Kesejahteraan Petani Jagung, HKTI Teken MoU dengan Japfa Comfeed Indonesia
“Seharusnya dalam 1 hektar itu dibutuhkan pupuk 4 kintal. Terus, harga pupuk yang bersubsidi juga dibatasi hanya 50 kg, selebihnya tidak disubsidi,” ujarnya.
Menurut Danya, harga jagung berdasarkan informasi sekarang sedang tinggi kisaran Rp4/300/kg untuk jagung kering.
Tapi persoalannya kalua harga pupuknya juga naik, maka bisa dipastikan hasil panennya juga akan menurun.
“Estimasi kami dari tanman jagung manis sekitar 2 hektar ini bisa panen sekitar 50 ton. Kalau kurang dari itu berarti persoalan kurang pupuk,” ungkapnya.
Diakui Danya, persoalan pengairan dan hama kambing yang menjadi persoalan utama dalam menanam jagung dan padi sudah tidak menjadi persoalan lagi sejak adanya dukungan kerjasama dari TNI.
“Persoalan kambing yang sering masuk ke tanaman kami sudah dengan baik diselesaikan, padahal sebelumnya kami sering cek-cok dengan warga. Begitu juga dengan persoalan pengairan yang dulu susah, kini sudah teratasi. Tapi kini muncul persoalan mahalnya harga pupuk,” jelasnya. (kontributor banten/luthfillah/mia)